REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dengan bobot hanya 16 gram, Black Hornet terlihat seperti helikopter mainan. Tapi, helikopter militer berukuran nano ini memang berbeda dari peralatan tempur di medan perang saar ini. Black Hornet adalah robot lalat dan burung madu eksperimental.
PD-100 Black Hornet merupakan pesawat tanpa awak (drone) dilengkapi sistem yang mampu mengenali dan mengamati area target. Alat pengintaian kecil ini diperlihatkan kepada masyarakat dalam Expo Asosiasi Kemiliteran Amerika Serikat di Washington belum lama ini. Sepasang drone ini dapat dibawa seorang prajurit dan dioperasikan dengan mudah lelaui sebuah radio.
LiveScience melansir, sejak tahun lalu pasukan infantri Inggris telah menggunakan Black Hornet untuk berbagai misi di Afghanistan. Mulai dari membuntuti orang yang dianggap mencurigakan hingga mengintip dari balik tembok pagar.
"Drone ini didesain untuk unit kecil yang memerlukan video cepat dan taktis," kata Wakil Presiden Penjualan dan Pemasaran Prox Dynamics AS, perusahaan yang memproduksi Black Hornet, Ole Aguirre.
Black Hornet memiliki kemapuan merekam gambar dengan resolusi tetap bagus pada ketinggian lebih dari 10 meter. "Selain mudah dioperasikan, drone ini pun memiliki kemampuan luar biasa merekam gambar wajah dan gerak manusia," kata Menteri Pertahanan Inggris dalam testimoninya.
Black Hornet dilengkapi GPS untuk memetakan target dan mampu terbang selama 20 hingga 25 menit dengan jarak maksimal 1.200 meter. Walau dilengkapi kamera inframerah, Black Hornet tak bisa diterbangkan untuk pengintaian malam hari.