REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Organisasi Kerjasama Islam (OKI) telah menyampaikan kesediaannya untuk menambah bantuan buat Myanmar, yang dilanda konflik etnik, termasuk untuk Negara Bagian Rakhine di Myanmar Barat. Demikian isi komunike bersama yang dikeluarkan OKI, Ahad (17/11).
"Negara anggota dan lembaga OKI takkan melakukan diskriminasi dengan dasar ras, suku dan agama dalam pembagian bantuan kemanusiaan," kata satu delegasi OKI di dalam komunike yang dikeluarkan pada akhir kunjungan tiga-harinya.
OKI juga menyampaikan dukungan bagi upaya Pemerintah Myanmar untuk lebih meningkatkan perujukan antarmasyarakat, dialog, toleransi dan kehidupan berdampingan yang damai dalam segala lapisan masyarakat. OKI juga menyambut upaya Pemerintah Myanmar guna mengakhiri aksi kekerasan dan melindungi warga sipil dari kekerasan dan menjamin penghomatan penuh bagi hak asasi manusia dan kebebasan mendasar termasuk mereka yang berada di Negara Bagian Rakhine.
Komunike bersama tersebut, sebagaimana dilansir Xinhua, Ahad (17/11), disiarkan oleh Komite Sentral Myanmar bagi Pelaksanaan Kestabilan dan Pembangunan di Negara Bagian Rakhine dan delegasi OKI. Selama kunjungannya, Wakil Presiden Myanmar Sai Mauk Kham bertemu dengan delegasi OKI, yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderalnya Ekmeleddin Ihsanoglu dan terdiri atas menteri luar negeri dari negara anggota OKI --Djibouti, Turki, Bangladesh, Mesir, Indonesia, Malaysia dan Arab Saudi. Kedua pihak membahas tugas rehabilitasi yang berlangsung di Negara Bagian Rakhine dan upaya perdamaian serta kestabilan di sana.
Wakil Ketua Parlemen Myanmar U Nanda Kyaw juga bertemu dengan delegasi OKI di Ibu Kota Myanmar, Naypyidaw. Delegasi OKI tersebut juga mengadakan pembicaraan dengan pemimpin empat agama --yang dipimpin oleh Kelompok Dialog Antar-Agama Myanmar, Pensiunan Duta Besar U Hla Maung-- di Naypyidaw.
Kunjungan delegasi itu ke Myanmar ialah untuk mengawasi perubahan politik, ekonomi dan administrasi di bawah kepimpinan Presiden U Thein Sein dan mengawasi Negara Bagian Rakhine serta Wilayah Mandakay dan Meikhtila, yang telah dirongrong konflik antar-masyarakat. Ratusan pemrotes, termasuk pendeta Buddha, melancarkan demonstrasi di jalan di Yangon, Mandalay, Meikhtila, Lashio dan Bago guna menentang kehadiran delegasi OKI itu. Pengunjuk-rasa menuduh OKI mencampuri urusan dalam negeri Myanmar sebelumnya dan selama kunjungan delegasi tersebut.