REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menyerukan diwujudkannya situasi tenang di Libya. Di tengah-tengah bentrokan yang telah menewaskan sedikitnya 43 orang di Tripoli dan melukai ratusan lainnya.
"Kami sangat prihatin dengan korban tewas dan cedera di kalangan rakyat Libya dalam bentrokan terakhir di Tripoli," kata Menteri Luar Negeri AS John Kerry dalam sebuah pernyataan, Ahad (17/11).
"Kami mengutuk penggunaan kekerasan dalam segala bentuk dan mendesak semua pihak untuk menahan diri dan mengembalikan kondisi tenang," ia menambahkan.
"Rakyat Libya tidak mempertaruhkan hidup mereka dalam revolusi 2011 agar kekerasan ini terus berlanjut," kata diplomat tertinggi AS itu seraya mendesak rakyat Libya "untuk memutus siklus kekerasan melalui dialog yang saling menghormati dan rekonsiliasi."
"Kami menyadari bahwa pihak berwenang Libya dan rakyat Libya menghadapi tantangan yang signifikan dalam transisi demokrasi mereka, tapi terlalu banyak darah telah tertumpah dan terlalu banyak nyawa dikorbankan untuk kembali mundur," kata Kerry seraya menjanjikan berlanjutnya dukungan AS.
Libya telah mengalami lonjakan aksi kerusuhan saat mantan oposisi yang membantu menggulingkan rezim Muamar Gaddafi mengabaikan tuntutan pemerintah guna meletakkan senjata mereka.
Kelompok-kelompok oposisi itu diapresiasi sebagai pahlawan setelah kejatuhannya, tetapi banyak yang sejak saat itu membangun kekuasaan sendiri dan dituduh melakukan kejahatan pemerasan laiknya mafia dan sejumlah kejahatan lain.