Senin 18 Nov 2013 01:53 WIB

Perundingan Pemerintah Kolombia-FARC Ditunda

Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC
Foto: deadliestfiction.wikia.com
Angkatan Kiri Bersenjata Revolusioner Kolombia, FARC

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Perundingan antara pemerintah Kolombia dan pemberontak FARC, yang direncanakan berlangsung pada 18 November dilaporkan ditunda.

Seorang sumber pemerintah pada Ahad (17/11) mengatakan perundingan itu ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.

"Dengan persetujuan bersama, diputuskan untuk menunda pembicaraan karena mereka meminta waktu lebih banyak untuk membahas masalah obat terlarang," kata sumber itu. "Saya tidak memiliki tanggal yang pasti" kapan perundingan itu dimulai lagi di Kuba, tambahnya.

Penundaan itu dilakukan dua hari sebelum proses tersebut menandai peringatan tahun pertama peluncuran perundingan perdamaian pada 19 November 2012.

Selama setahun terakhir, pemerintah Presiden Juan Manuel Santos dan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melakukan perundingan perdamaian di Kuba dengan tujuan mengakhiri konflik terlama Amerika Latin itu.

Dari lima poin agenda, kedua pihak sejauh ini baru mencapai dua kesepakatan -- reformasi tanah dan keikutsertaan kelompok pemberontak itu dalam politik jika mereka mengakiri perang yang telah berlangsung hampir 50 tahun. Masalah-masalah lain yang diagendakan adalah perdagangan narkoba, ganti-rugi korban perang dan diakhirinya konflik.

FARC untuk pertama kali telah mengakui sebagian tanggung jawab atas pertumpahan darah puluhan tahun, yang mengisyaratkan perubahan berarti dalam sikap mereka karena selama ini kelompok itu tetap mengklaim bahwa anggota-anggotanya menjadi korban penindasan pemerintah.

Pemerintah Kolombia dan FARC memulai dialog di Oslo, ibu kota Norwegia, pada 18 Oktober 2012 yang bertujuan mengakhiri konflik setengah abad yang telah menewaskan ratusan ribu orang. Perundingan itu dilanjutkan sebulan kemudian di Havana, Kuba. Tiga upaya sebelumnya untuk mengakhiri konflik itu telah gagal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement