Selasa 19 Nov 2013 07:15 WIB

200 Anak Diduga Alami Pelecehan Seksual di Panti Asuhan Gereja Anglikan

Red:
Gereja Anglikan
Gereja Anglikan

SYDNEY -- Sekitar 200 anak-anak diduga mengalami pelecehan seksual dan fisik di sebuah panti asuhan yang dikelola Gereja Anglikan di negara bagian New South Wales, Australia. Para korban ini meliputi anak-anak yang pernah dititipkan di tempat itu sejak era 1940an hingga 1980an.

Laporan pelecehan seksual di panti asuhan Lismore, wilayah NSW utara ini akan diperiksa oleh Komisi Penyelidikan Kerajaan atas Pelecehan Seksual Anak, Senin (18/11) di Sydney.

Ini merupakan pemeriksaan terbuka yang ketiga kalinya dilakukan Komisi terhadap lembaga-lembaga sosial yang terkait dengan institusi keagamaan di Australia terkait pelecehan seksual anak. Komisi mendengar laporan dan pengakuan betapa sadisnya pelecehan seksual dan fisik yang dialami anak-anak tersebut di panti Lismore. Seorang anggota Komisi, Simeon Beckett,  menjelaskan penyelidikan akan memeriksa apa yang dialami anak-anak itu dan bagaimana Gereja Anglican Grafton merespon kejadian tersebut.

"Kondisi anak-anak itu sangat buruk, Setidaknya pada era 1950an dan 1960an, makanan dan pakaian sangat sulit," katanya. "Komisi mendapat informasi bahwa anak-anak itu seringkali kelaparan".

Menurut Beckett, bekas penghuni panti Lismore telah menjelaskan secara terperinci pelecehan seksual yang mereka alami sejak 1944 hingga 1985.

Beckett menguraikan laporan ini mengungkap anak berusia paling muda lima tahun juga mengalami pelecehan dari para pendeta dan pengelola panti Lismore.

Tujuh bekas penghuni panti Lismore dijadwalkan akan memberikan kesaksian di depan Komisi.

Tahun 2006 Gereja Anglikan membayar ganti rugi kepada 38 korban pelecehan seksual sebagai bagian penyelesaian di luar pengadilan.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement