Kamis 21 Nov 2013 07:20 WIB

Australia Ingatkan Warganya di Indonesia untuk Waspada

 Massa yang tergabung dalam Relawan Nasionalis Kebangsaan membakar kertas bergambar bendera Australia di depan Gedung Agung, Yogyakarta, Rabu (20/11).  (Antara/Sigid Kurniawan)
Massa yang tergabung dalam Relawan Nasionalis Kebangsaan membakar kertas bergambar bendera Australia di depan Gedung Agung, Yogyakarta, Rabu (20/11). (Antara/Sigid Kurniawan)

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pemerintah Australia mengingatkan kepada warganya yang berada di Indonesia atas rencana demonstrasi besar di Kedutaan Besar Australia, di Jakarta yang rencananya akan digelar pada Kamis (21/11) ini.

Demonstrasi ini digelar saat respons terhadap adanya pemberitaan penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, istri dan para menteri pada 2009 lalu. 

"Polisi setempat (Polri) mengungkapkan, demonstasi dilakukan di luar Kedutaan Besar Australia pada tanggal 21 November 2013," dikutip dari Departemen Urusan Luar Negeri dan Perdagangan saat merilis travel advisory ke Indonesia, lapor Reuters. 

Warga Australia di Indonesia juga  diminta untuk memonitor media lokal, menghindari protes dan waspada untuk keamanan.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott belum mengonfirmasi kebenaran adanya aktivitas penyadapan di lingkungan kepresidenan.

Abbot pun belum meminta maaf atas kejadian tersebut. Akan tetapi, pada Rabu (20/11) dia menyampaikan penyesalannya dan  malu atas laporan media tentang kegiatan mata-mata itu. 

Hubungan RI-Australia pernah mencapai titik nadir pada tahun 1999 ketika Australia mengirim pasukan ke Timor Timur setelah militer Indonesia menarik diri dari bekas wilayah Indonesia itu.

Hubungan Canberra dengan Jakarta perlahan dapat membaik dan meningkat usai kejadian tersebut. Akan tetapi, hubungan ini memburuk, karena adanya laporan mata-mata yang diungkap beberapa media internasional.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement