Kamis 21 Nov 2013 08:22 WIB

Ekonom Australia: Mengapa Kita Tak Perlu Bertikai dengan Indonesia?

Tim Harcourt
Foto: smh.com.au
Tim Harcourt

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Australia diminta untuk mengakhiri perselisihan dengan Indonesia. Seorang ekonom terkemuka di Australia mengungkap tentang alasan mengapa Australia tidak perlu bertikai dengan tetangganya itu, dikutip news.au.com.

Perdagangan antara Indonesia dengan Australia bernilai lebih dari 14 miliar dolar AS, terdiri dari 11,1 miliar dolar AS barang dan 3,3 miliar dolar jasa, menurut ekonom dari Australian School of Business, Tim Harcourt.

Lebih dari 2.500 perusahaan mengekspor barang ke Indonesia, sementara 150 perusahaan lain berdomisili di Indonesia. Tim menilai, situasi saat ini dapat merusak dari ekspor Australia ke Indonesia yang nilainya dapat mencapai 60 persen dibandingkan ke wilayah lain. 

"Dengan ekspor, kita dapat membayar upah pekerja dengan lebih baik. Jika kita kehilangan mitra dagang, kita bisa kehilangan kesempatan untuk membayar pekerja lebih baik,"ujar Harcourt. 

"Jika sampai benar-benar serius, bahkan dapat memengaruhi kemakmuran sebuah perusahaan besar atau bank,"tambahnya. 

Dengan tingkat populasi mencapai 244 juta jiwa, jumlah ini menjadikan Indonesia negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara dan negara keempat terpadat di dunia, menurut Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia.

Harcourt pun mengungkap, Indonesia juga diharapkan menjadi ekonomi terbesar ke-10 di dunia pada tahun 2025 dengan pendapatan domestik bruto (PDB) sebesar 1 triliun dolar AS. Sementara, kelas menengah telah tumbuh sebesar 30 juta dalam satu dekade terakhir, menjadi lebih dari 45 juta orang dan diperkirakan akan mencapai 130 juta pada tahun 2030.

Jika sekarang orang sering menganggap India dan Cina sebagai daerah pertumbuhan utama untuk bisnis, Harcourt mengatakan, perusahaan yang melakukan investasi di Indonesia mendapatkan 40 persen 'return' yang lebih tinggi.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan dapat mencapai angka enam persen untuk dua tahun ke depan. Harcourt menilai, ini memberikan permintaan yang besar untuk ekspor Australia dan barang-barang konsumen. 

Menurutnya, Indonesia merupakan sekutu kunci Australia di Asia Tenggara yang tak bisa diabaikan  Australia.

"Mereka membutuhkan kita untuk ketahanan pangan dan energi, dan kita membutuhkan mereka karena kita perlu semua mitra dagang kita di ASEAN untuk membuat semuanya bekerja. Jika kita kehilangan Indonesia kita akan kehilangan ASEAN, kita harus menjadi bagian dari keluarga itu," kata Harcourt.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement