REPUBLIKA.CO.ID, KHBER PAKHTUNKHWA -- Militer Amerika Serikat (AS) kembali melakukan serangan pesawat tidak berawak atau drone ke wilayah Pakistan.
Serangan kali ini menyasar sebuah madrasah, Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Kamis (21/11) pagi waktu setempat. Setidaknya lima warga sipil tewas seketika dalam serangan itu.
Pejabat Kepolisian setempat, Fareed Khan mengatakan, drone AS sendiri mengitari langit di dataran tinggi di Distrik Hangu. Mereka yang tewas antara lain dua guru dan tiga siswa. "Sedikitnya tiga roket menghantam sebuah madrasah," kata Khan seperti dilansir Reuters, Kamis (21/11).
Serangan kali ini adalah kesekian kali di wilayah Pakistan. Meskipun Pemerintahan di Islamabad berulang kali melarang AS agar tidak lagi melayangkan drone ke wilayahnya. Tapi Washington tetap melakukan.
Reuters melansir, serangan ini akan kembali membawa panas hubungan diplomatik dan pertahanan antara Pakistan dan AS. Meskipun dua negara ini berkerabat, namun Pakistan menolak agar wilayahnya menjadi target serangan drone AS.
Presiden Pakistan Nawaz Sharif beberapa bulan lalu, dalam kunjungannya ke Gedung Putih meminta, agar kerja sama pertahanan dua negara membahas persoalan drone. Sharif meminta agar AS mempertimbangkan penghentian serangan drone ke wilayahnya.
Sharif punya alasan. Selama ini, serangan tidak berawak itu tidak pernah tepat sasaran. Alih-alih atas nama terorisme, drone tidak sekali dua kali menyasar masyarakat sipil di Pakistan.
Desakan masyarakat Pakistan agar serangan drone dihentikan juga semakin kencang. Bukan saja di Islamabad, juga di negara-negara lain. Selama ini AS mengandalkan drone sebagai armada militer untuk serangan di wilayah-wilayah Timur Tengah.
Drone digunakan untuk meminimalisir angka tentara yang tewas. AS berdalih serangan menggunakan drone di Pakistan untuk menyerang komplotan terorisme.
AS meyakini tumbangnya rezim Taliban di Afganistan, membawa kelompok gerilyawan sempalan Alqaidah itu ke wilayah perbatasan Pakistan. Lembah Swat diyakini AS sebagai salah satu pegunungan tempat kelompok tersebut bersembunyi.
Serangan kali ini pun dikatakan terkait dengan terorisme. Pejabat intelijen di AS mengatakan kepada Reuters, serangan di Distrik Hangu adalah kelanjutan operasi sebelumnya. Dikatakan, awal November lalu, drone AS menargetkan beberapa pemimpin Taliban di wilayah itu.
"Sirajuddin Haqqani pemimpin Taliban jaringan Haqqani terlihat di madrasah itu sebelumnya," demikian tulis Reuters, Kamis (21/11).
Serangan waktu itu juga menewaskan Hakimullah Mehsud, pemimpin Taliban di Pakistan.Menanggapi serangan drone kali ini, Kepala Kebijakan Luar Negeri di Islamad Sartaj Aziz mengatakan serangan tersebut adalah ilegal.
Dia menyatakan kecamannya terhadap AS dan mengatakan, AS sudah berjanji untuk tidak melakukan serangan drone. "Kami (Pakistan) sedang mencoba melibatkan Taliban dalam pembicaraan damai," kata dia.