Jumat 22 Nov 2013 19:46 WIB

Drone Serang Lagi, Menteri Pakistan Sebut AS tak Tertarik Perdamaian

Aksi unjuk rasa menentang penggunaan Drone
Foto: Thetimes
Aksi unjuk rasa menentang penggunaan Drone

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Seorang menteri Pakistan pada Jumat mengecam Amerika Serikat karena menghalangi pemulihan perdamaian di negara Asia Selatan itu.

Menteri Dalam Negeri Chaudhry Nisa Ali Khan memberitahu wartawan di Islamabad bahwa Pakistan tak bisa mempercayai setiap janji AS sehubungan dengan serangan berulang kali pesawat tanpa awak milik AS.

Ia merujuk kepada komitmen AS baru-baru ini untuk tidak melancarkan serangan "drone" selama pembicaraan Pakistan dengan Taliban tapi Washington menyerang satu madrasah di bagian barat-laut negeri itu pada Kamis (21/11).

Penasehat Perdana Menteri Urusan Luar Negeri Sartaj Aziz telah memberitahu Komite Urusan Luar Negeri Senat pekan ini bahwa AS "telah meyakinkan Pakistan serangan pesawat tanpa awak tak dilancarkan selama pembicaraan dengan Taliban".

Serangan "drone" AS pada 1 November telah menewaskan pemimpin Taliban Hakimullah Mehsud, yang mengakibatkan hancurnya proses dialog dengan Taliban. Kelompok militan itu kemudian menolak berbicara dengan pemerintah dan mengumumkan serangan untuk membalas tewasnya pemimpin mereka.

Pemerintah Pakistan sebelumnya berencana mengirim satu delegasi tokoh agama ke Wilayah Suku Waziristan untuk kontak awal dengan Taliban tapi dibatalkan setelah serangan AS tersebut.

Saat menuduh keterlibatan AS di negeri itu atas semua kekacauan, Menteri Dalam Negeri tersebut mengatakan sudah tiba waktunya bagi Pakistan untuk memutuskan dan memilih antara kehormatan dan dolar AS, demikian laporan Xinhua.

"Bantuan keuangan Amerika belum membawa perubahan apa pun di negeri ini," kata Chaudhry Nisar kepada media di luar gedung parlemen. Ia juga mengutuk serangan pesawat tanpa awak milik AS terhadap satu madrasah di Kabupaten Hangu sehingga menewaskan enam santri dan guru pada Kamis.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement