Ahad 24 Nov 2013 07:40 WIB

Mantan Pemain Kriket Pakistan Ancam Blokir Jalur Pasokan NATO

Aksi kekerasan melanda Pakistan (ilustrasi)
Foto: EPA/Waheed Khan
Aksi kekerasan melanda Pakistan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PESHAWAR -- Ribuan aktivis sayap kanan Pakistan yang dipimpin politisi Imran Khan, Sabtu, melakukan satu protes terhadap serangan pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat. Mereka mengancam akan memblokir rute pasokan NATO jika serangan itu berlanjut.

''Para aktivis membakar bendera-bendera AS sebagai satu tanda protes,'' kata seorang wartawan AFP di lokasi di Peshawar di mana unjuk rasa itu dilakukan.

Seorang perwira senior polisi di Peshawar mengemukakan kepada AFP bahwa sekitar 15,000 aktivis ikut serta dalam aksi itu. Demonstrasi itu diselenggarakan oleh Tehreek-e-Insaaf Pakistan (PTI) dan partai Islam Jamaat-e-Islami dan partai lokal Awami Jamhoori Itehad.

Ketiga partai itu membentuk satu pemerintah koalisi di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa di Pakistan barat laut.

Khan yang mantan pemain kriket terkenal Pakistan itu menyerukan blokade total konvoi-konvoi NATO ke Afghanistan untuk menekan AS menghentikan program pesawat tanpa awaknya.

"Kami tidak akan mengizinkan pasokan-pasokan NATO melewati Khyber Pakhtunkhwa jika tidak menghentikan serngan-serangan pesawat tanpa awak itu," kata Khan dalam unjuk rasa itu.

Pasokan-pasokan NATO terhenti Sabtu karena unjuk rasa yang dilakukan di rute yang sama digunakan truk-truk NATO.

Seorang pejabat pemerintah mengatakan itu tidak memiliki dampak besar pada pasokan-pasokan karena mereka biasanya membawa lebih sedikit pada akhir pekan.

Khan menuduh AS menggunakan serangan pesawat tanpa awak untuk membunuh pemimpin Taliban, Hakimullah Mehsud, sebagai bagian usaha untuk menyabotase kemungkinan perundingan perdamaian di Pakistan.

Mehsud tewas akibat serangan pesawat tanpa awak di daerah suku Waziristan Utara pada 2 November. Insiden tersebut memicu kemarahan di negara itu.

Pemerintah Pakistan mengatakan pembunuhan itu merusak kemajuan bagi perundingan untuk mengakhiri pemberontakan berdarah enam tahun Taliban yang menewaskan ribuan tentara, polisi dan warga sipil.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement