Senin 25 Nov 2013 20:55 WIB

Indonesia Hentikan Pembicaraan dengan Industri Ternak Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID -- Ancaman paling akhir dari Indonesia untuk membekukan perdagangan ternak sapi dengan Australia mencerminkan semakin seriusnya dampak skandal penyadapan.

Menteri Pertanian Australia, Barnaby Jones, menangguhkan kunjungan ke Indonesia, sementara terbetik laporan bahwa pihak Indonesia telah menghentikan pembicaraan dengan industri ternak Australia menyusul skandal penyadapan.

Sejauh ini yang terjadi adalah perang kata-kata dan ketegangan diplomatik, sebagian dilancarkan melalui media sosial dan di-retweet ke seluruh dunia.

Kini muncul ancaman nyata terhadap ekspor ternak Australia yang diperkirakan bernilai sekita 174 juta dollar.

Apakah ancaman paling akhir itu hanya sekedar gertakan atau bukan, namun reputasi Australia sebagai broker yang jujur di dunia perdagangan dan diplomasi semakin dirugikan.

Perdagangan ternak adalah satu sektor dimana Indonesia dapat menerapkan tekanan, dan ketegangan tampaknya bakal meningkat kalau Perdana Menteri Tony Abbott tidak mengeluarkan permintaan maaf yang diminta oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.  

Ketegangan ini terjadi sementara Australia bersiap-siap untuk mengambil-alih pimpinan Kelompok G20 dari Rusia pada tanggal 1 Desember.

Indonesia adalah anggota kuat G20, jadi paling tidak, ketegangan diplomatik ini dapat menjadi semakin panas mengingat pertemuan G-20 dianggap sebagai kesempatan untuk memupuk dan memperkuat hubungan perdagangan.

Kemungkinan Indonesia dapat mengemukakan opsi untuk memboikot pertemuan G20 mendatang sebagai protes.

Australia akan menjadi tuan-rumah KTT para pemimpin G20 bulan November tahun depan dan sementara itu, panitia dari kantor Perdana Menteri dan Kabinet harus berusaha meminimalkan dampak skandal mata-mata.

Dan sorotan akan lebih besar pada intelijen dan keamanan komunitas daripada biasanya mengingat bahwa pertemuan G20 di masa lalu dilaporkan telah disadap oleh pemerintah negara-negara asing.

Kaget

Sementara itu Ketua Asosiasi Peternak Australia Barat West Rob Gillam mengatakan pihaknya akan kaget jika Indonesia berhenti membeli ternak sapi Australia.

"Pihak Indonesia baru saja tiga atau empat bulan terakhir memulai meningkatkan kembali impor sapinya dari Australia," katanya. "Dan alasannya adalah karena harga daging sapi di Indonesia sangat mahal, jadi mereka ingin menambah pasokan sapi untuk mengontrol harga daging".

Jadi, menurut Gillam, jika impor sapi dari Australia dihentikan mungkin akan terasa di Australia namun yang paling dirugikan justru konsumen di Indonesia.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement