REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, pemimpin tim perunding negaranya di Jenewa menegaskan, bahwa kegiatan nuklir negara itu akan terus dilakukan berdasarkan pada kesepakatan yang dicapai antara Iran dan enam negara.
"Program nuklir Iran akan terus berlangsung dan hak-hak bangsa ini pada Perjanjian Non-Proliferasi termasuk (dalam kesepakatan) sebagai hak yang tak terpisahkan. Berdasarkan perjanjian berjudul 'Action Plan', semua pembatasan yang dikenakan terhadap bangsa Iran akan terangkat."
Ia mencatat program pengayaan (uranium) Iran sampai ke tingkat lima persen akan terus berlanjut hingga awal serius dalam enam bulan berikutnya bersama dengan pembicaraan yang bertujuan mengangkat sanksi-sanksi terhadap Iran sepenuhnya.
Ia menegaskan fasilitas nuklir Iran tidak akan ditutup dan kegiatan nuklir di situs Fordo, Natanz serta Arak Heavy Water Reactor akan terus berlangsung, dan tidak ada bahan yang akan dikirim keluar dari Iran.
Ia meyakinkan berdasarkan kesepakatan semua sanksi akan dicabut dan pemblokiran sumber-sumber daya keuangan akan dikembalikan kepada Iran.
Menteri Luar Negeri Iran menambahkan 'Action Plan' disiapkan dalam empat halaman versi bahasa Inggris dan tidak memiliki pasal apapun.
Kesepakatan itu mencakup tiga bagian terdiri dari tujuan, langkah-langkah-langkah awal dan langkah terakhir, ia mengatakan, dan menambahkan bahwa pengayaan (uranium) Iran telah diakui dalam bagian dari tujuan dan langkah terakhir.
Menurut Menteri Luar Negeri Iran, kesepakatan itu meliputi jaminan dan juga pelaksanaan komite pemantauan bersama dari rencana enam bulan.
Ia menambahkan semua langkah-langkah dapat dilaksanakan dan Iran dapat mengambil pendekatan sebelumnya dalam hal sisi lain menolak untuk mematuhi komitmennya.