REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pemerintah Israel telah memberikan lampu hijau bagi pembangunan 829 rumah pemukim baru di Tepi Barat yang diduduki.
"Pembangunan 829 rumah telah disetujui oleh sebuah komite militer Israel yang bertanggung jawab atas wilayah Tepi Barat," kata Lior Amihai, pengamat permukiman Peace Now, Senin (25/11). "Ini merupakan langkah lain yang mengancam untuk menggagalkan proses perdamaian".
Presiden Palestina Mahmud Abbas telah memperingatkan bahwa pembangunan permukiman yang sedang berlangsung oleh Israel di wilayah Palestina mengancam masa depan pembicaraan perdamaian Timur Tengah, yang kini berada di jalan buntu lebih dari tiga bulan lalu setelah mereka mulai.
"Rumah-rumah baru itu akan dibangun di sebelah utara Jerusalem di pemukiman Givat Zeev, Nofei Prat, Shilo, Givat Salit dan Nokdim," ujar Amihai.
Langkah terbaru itu terjadi dua pekan setelah Israel mengumumkan rencana terbesar untuk pembangunan perumahan pemukim yang pernah terjadi, dan mengatakan sekitar 20 ribu akan dibangun di Tepi Barat.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membatalkan perintah itu setelah mendapat tekanan dari Amerika Serikat, yang membawa kedua belah pihak ke meja pada Juli dan saat Perdana menteri Israel berusaha menghalangi Washington untuk menegakkan kesepakatan nuklir dengan Iran.
Pengumuman itu telah mendorong seluruh tim perunding Palestina mengundurkan diri sebagai protes, tapi pengunduran diri tersebut belum diterima oleh Abbas. Ia mengatakan pekan lalu pihaknya berkomitmen untuk periode penuh pembicaraan yang disetujui dengan Washington yang akan berakhir pada sekitar April.
Tetapi jika pembicaraan berakhir tanpa kesepakatan, Palestina telah mengatakan mereka akan mengejar tindakan hukum terhadap bangunan-bangunan ilegal Israel melalui pengadilan internasional. Para pengulas mengatakan Palestina tidak akan mundur dari pembicaraan sebelum waktu mereka berakhir.