REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Pemerintah Malaysia memanggil Duta Besar Singapura pada Selasa (26/11) untuk mengklarifikasi laporan media bahwa negara kota itu membantu lembaga intelijen barat memata-matai negara tetangganya di Asia Tenggara.
Pemberitaan media mengutip dokumen yang dibocorkan oleh mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden, menyebut bahwa Singapura, sekutu penting Amerika Serikat, berperan penting dalam pemasangan jaringan kabel bawah laut untuk penyadapan di kawasan tersebut.
"Bila dugaan itu terbukti, tentu merupakan masalah yang penting dan pemerintah Malaysia menolak serta merasa sangat terhina," kata Menteri Luar Negeri Anifah Aman dalam pernyataannya, Senin (25/11) malam.
"Sungguh sangat berlebihan memata-matai sahabat baik dan tetangga, tidak bisa diterima dan bertentangan dengan komitmen, kejujuran dalam hubungan persahabatan yang baik,"tambahnya.
Hubungan Singapura-Malaysia akan makin buruk dengan adanya tudingan sekutu AS itu memata-matai Asia Tenggara.
Pekan lalu, hubungan diplomatik antara Indonesia dengan sekutu setianya, Australia, menegang. Panasnya hubungan dua negara terjadi setelah media melaporkan bahwa Canberra memata-matai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono.
Dengan mengutip dokumen yang dibocorkan Snowden, harian Sydney Morning Herald mengatakan bahwa intelijen militer Singapura membantu badan mata-mata AS, Inggris dan Australia, mengambil data melalui kabel bawah laut yang bernama SEA-ME-WE 3 yang sebagian dimiliki oleh perusahaan Singapore Telecommunication (SingTel).
SEA-ME-WE 3, membentang dari Asia Tenggara, Timur Tengah dan Eropa Barat, menghubungkan 30 negara lebih termasuk Cina, Indonesia, Malaysia, Arab Saudi, Vietnam, Inggris dan Prancis.
SingTel menolak berkomentar sedangkan Kementerian Pertahanan Singapura tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar dan Kementerian Luar Negeri juga tidak segera memberi tanggapan.
Malaysia dan Singapura yang berpisah pada 1965 setelah bersatu dalam waktu singkat sejak merdeka dari Inggris, mempunyai hubungan ekonomi yang erat, tetapi hubungan keduanya seringkali meruncing.
Kedua negara berseteru mengenai pembangunan jembatan melintasi Selat Johor, reklamasi daratan, pasokan air bersih dan masalah rasial.
Hubungan kedua negara mulai menghangat sejak Perdana Menteri Malaysia yang suka blak-blakan, Mahathir Mohamad mundur pada 2003 dan Singapura menjadi pemodal utama bagi kawasan Pembangunan Iskandar di Malaysia selatan.