REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Pertemuan para pejabat senior ASEAN (ASOMM) ke-13 di Nusa Dua Bali, Selasa (26/11), menyepakati pertukaran data mineral agar mampu memberikan informasi akurat mengenai kandungan mineral yang ada di regional.
Ketua ASOMM ke-13, R Sukhyar, usai pertemuan menjelaskan bahwa kerja sama tersebut akan ditandai dengan peluncuran database mineral ASEAN saat pertemuan tingkat menteri pada Kamis (28/11). Ia mengatakan bahwa database kandungan mineral itu dibuat oleh Indonesia berdasarkan masukan dari negara-negara anggota ASEAN lainnya.
Menurut Sukhyar yang juga menjabat Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, data mineral sangat penting karena berisi informasi tentang cadangan mineral tambang yang ada di masing-masing anggota ASEAN.
Data ini sekaligus dapat diakses oleh para investor bidang mineral. Misalnya bisa diketahui penghasil bijih nikel terbesar di ASEAN adalah Indonesia dan Filipina. Begitu pula komoditas emas, yaitu Indonesia, Filipina, Laos, Myanmar dan Vietnam. "Jadi masing-masing negara dan investor paham negara mana yang punya komoditas apa. Dari situ bisa disusun kerja sama atau investasi yang saling menguntungkan," katanya.
Pada ASOMM kali ini juga disepakati mengenai perlunya peningkatan kemampuan bidang mineral di negara ASEAN. Hal itu tidak terlepas dari rencana pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) pada 2015.
Peningkatan keahlian antara lain mencakup bidang pertambangan, teknik eksplorasi, proses produksi serta perdagangan. "Jangan sampai nanti ada negara ASEAN yang ketinggalan dan didominasi negara lainnya. Jadi diharapkan ASEAN nanti mempunyai keahlian bidang mineral yang sama," ujar Sukhyar.
Penyelenggaraan ASOMM ke-13 tersebut merupakan rangkaian pertemuan para Menteri Mineral ASEAN (AMMIN) ke-4 pada 28-29 November mendatang. Pada Rabu (27/11) akan berlangsung ASOMM+3 yaitu pertemuan pejabat senior bidang mineral ASEAN ditambah tiga negara Asia, yakni Cina, Jepang dan Korea Selatan.