REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mengirim kapal induknya ke Laut Cina Selatan, Selasa di tengah-tengah ketegangan menyangkut rencananya untuk memberlakukan zona pertahanan udara di perairan yang disengketakan dengan Jepang.
Kapal induk satu-satunya Lianoning yang dibeli dari Ukraina dan diperbarui di Cina, telah melakukan lebih dari 100 pelatihan dan eksperimen sejak dioperasikan tahun lalu tetapi ini adalah pertama kali dikirim ke Laut Cina Selatan.
Kendatipun puluhan tahun ketinggalan dari teknologi Amerika Serikat, kehadiran Liaoning merupakan ambisi angkatan laut Cina dan fokus dari satu kampanye untuk menggerakkan patriotisme.
Liaoning meninggalkan pelabuhan kota Qingdao disertai dengan dua kapal perusak dan dua pergat, kata angkatan laut Cina di laman berita resminya.
Saat berada di laut itu kapal itu akan melakukan "riset ilmiah, uji coba dan pelatihan militer," kata laporan itu.
"Ini adalah pertama kali sejak Liaoning mulai dioperasikan melakukan pelatihan jangka panjang di di laut lepas," tambahnya.
Laman itu tidak secara khusus menyebutkan pelatihan yang akan dilakukan, hanya menyatakan pelatihan sebelumnya melibatkan pendaratan pesawat dan tinggal landas telah berjalan mulus dan meletakkan satu landasan yang kuat bagi uji-uji coba masa depan.
Pelatihan-pelatihan sebelumnya dilakukan sebagian besar di Laut Kuning.
Kementerian Pertahanan Cina , Senin mengatakan pihaknya telah menyampaikan protes-protes resmi kepada kedubes-kedubes Amerika Serikat dan Jepang setelah kedua negara itu mengecam rencana Cina untuk memberlakukan peraturan baru mengenai wilayah udara di perairan di Laut Cina Timur yang disengketakan.
Cina juga mengklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan yang kaya gas dan minyak, yang juga diklaim sebagian oleh Taiwan,Malaysia, Brunei Darussalan, Filipina dan Vietnam.
Sengketa itu adalah salah satu dari titik-titik api terbesar di tengah-tengah pembangunan kekuatan militer Cina dan dukungan strategis AS kepada Asia yang diisyaratkan oleh pemerintah Presiden Barack Obama tahun 2011.