REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Gerakan separatis Yaman Selatan, Rabu, menarik diri dari dialog nasional yang sedang berlangsung, setelah pembahasan gagal mencapai penyelesaian politik mengenai masalah mereka, kata gerakan tersebut.
"Kami secara resmi mengumumkan penarikan diri sepenuhnya kami dari konferensi dialog nasional," kata pemimpin gerakan itu Mohammed Ali Ahmed bersama 58 anggota delegasinya pada satu taklimat.
"Keputusan kami hari ini diambil setelah melancarkan semua upaya dan usaha untuk mencapai penyelesaian bagi masalah ini," kata mereka di dalam satu pernyataan, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam.
Wakil Yaman Selatan memboikot dialog pada Agustus, dan menuntut Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi setuju mengizinkan pembahasan hak mereka untuk memutuskan nasib sendiri.
Mereka kembali ke pembicaraan itu pada September, setelah Utusan PBB Jamal bin Omar menengahi pembahasan mengenai masalah tersebut dalam dialog nasional.
Masalah pemisahan diri Yaman Selatan berpangkal pada 1994, ketika perang saudara antara Yaman Utara dan Selatan berkecamuk, hanya empat tahun setelah kedua wilayah tersebut bersatu. Warga Yaman Selatan mengeluh mereka secara ekonomi dan politik disisihkan dan menghadapi diskriminasi sejak tentara Yaman Utara menang dalam perang empat-bulan.
Qatar, Sabtu (23/11), menyatakan negara tersebut akan menyumbang 350 juta dolar AS buat dana yang berkaitan dengan dialog guna memberi ganti-rugi buat rakyat Yaman Selatan yang dipaksa kehilangan pekerjaan akibat perang saudara.
Berbagai faksi di Yaman memulai dialog perujukan menyeluruh pada Maret sebagai bagian dari peralihan kekuasaan yang didukung Barat dan diluncurkan setelah protes massa pada 2011. Dialog itu dirancang untuk berlangsung selama enam bulan tapi beberapa ketidak-sepakatan mengenai masalah utama telah menunda penyelesaiannya.