REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Berbeda dengan rentetan kematian misterius para ilmuwan India belakangan ini dan terkesan didiamkan oleh otoritas di sana, Iran juga pernah mengalami hal yang sama dan peristiwa itu dikutuk pemerintah Iran.
Dalam artikel 'Who's killing Iranian nuclear scientists?' di CNN, disebutkan belum ada pihak yang layak dituduh dalam misi pembunuhan beberapa ilmuwan nuklir Iran.
Saat itu Amerika Serikat dan Israel, menolak terlibat dalam aktivitas tersebut.
"Saya ingin membantah bahwa keterlibatan Amerika Serikat mengenai semua bentuk kekerasan di dalam negeri Iran," kata Menteri Luar Negeri AS saat itu, Hillary Clinton.
Walaupun Israel membantah terlibat, para pengamat tetap mencurigai peran negara yang mempunyai kemampuan intelijen yang sangat tinggi ini.
Selain itu, pihak oposisi Iran dan negara-negara Arab dituding dapat saja mempunyai peran di kasus itu.
Berita ini menghebohkan karena pembunuhan itu terjadi berturut-turut dan yang terakhir saat itu adalah pembunuhan Mostfa Ahmadi Roshan, pejabat tinggi di pabrik pengayaan nuklir Iran, Natanz.
Sejak tahun 2010, satu persatu ilmuwan Iran terbunuh oleh ledakan bom, mulai dari Massoud Ali Mohammadi, Majid Sharriari maupun Fereydoon Abbasi Davani, yang terakhir ini ditemukan selamat.