Jumat 29 Nov 2013 16:06 WIB

IAEA: Pemeriksa PBB Akan Kunjungi Instalasi di Iran

Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) akan menerima baik tawaran dari Iran untuk mengunjungi instalasi produksi air-berat Arak pada awal Desember, kata Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano dalam taklimat di Wina, Kamis (28/11).

Amano mengumumkan, undangan Iran untuk mengunjungi instalasi pengayaan nuklir di Kota Arak, Iran Tengah, pada 8 Desember, di dalam sambutannya di hadapan Dewan Gubernur IAEA. Terkait dengan Rencana Aksi Bersama, Amano mengatakan, IAEA sedang mempertimbangkan untuk menerapkan kesepakatan yang relevan dengan badan dunia itu.

Analisis tersebut adalah tugas rumit dan memerlukan persiapan yang layak, kata Amano. Menurut laporan Xinhua yang dikutip Jumat (29/11), hal itu akan memerlukan waktu.

Kelompok P5+1, kelima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina, dan Rusia, ditambah Jerman dan Iran, telah mencapai kesepakatan pertama mengenai program nuklir Iran di Jenewa. Menurut kesepakatan itu, Iran telah menyampaikan komitmen untuk menghentikan pengayaan uranium di atas lima persen dan menetralkan simpanan uraniumnya yang diperkaya sampai 20 persen dengan cara diencerkan dan diubah.

Terlebih lagi, negeri tersebut telah terikat komitmen untuk tidak memasang lebih banyak mesin sentrifugal, menghentikan kegiatan reaktor plutonium di Arak, dan memberi pemeriksa dari IAEA akses setiap hari ke instalasi pengayaannya di Natanz dan Fordow.

Instalasi Arak memproduksi air berat untuk reaktor penelitian yang masih dibangun, tempat Iran menyatakan negara Persia tersebut berencana membuat isotop medis, kendati negara lain seperti Israel mencurigai Iran mungkin bisa memproduksi plutonium tingkat senjata.

Negara Barat telah lama mencurigai Iran mengembangkan program senjata nuklir dengan kedok rencana atom sipil, tuduhan yang dibantah oleh Teheran, yang menyatakan proyek ini bertujuan damai.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement