Sabtu 30 Nov 2013 17:00 WIB

Iran: Pembekuan Nuklir Mulai Januari

fasilitas nuklir Iran
Foto: frontpagemag.com
fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pembekuan program nilir Iran selama enam bulan, seperti yang disepakati dengan negara-negara kuat dunia di Jenewa, akan dimulai pada awal Januari tahun depan, demikian diungkapkan utusan Teheran untuk badan pengawas atom Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jumat.

"Kami memperkirakan bahwa pada akhir Desember atau awal Januari kami sudah harus mulai menerapkan langkah-langkah yang disepakati oleh kedua belah pihak," kata Reza Najafi, utusan Iran untuk Badan Energi Atom Internasional, kepada para wartawan.

Terobosan berupa kesepakatan itu dicapai akhir pekan lalu antara Iran dan Amerika Serikat, Cina, Rusia, Inggris, Perancis, dan Jerman --kelompok negara yang dinamai P5+1.

Kesepakatan itu mewajibkan Teheran menarik kembali program nuklirnya untuk sementara sebagai pertukaran atas pengurangan sanksi.

Pembekuan itu ditujukan untuk mempersulit Iran mengembangkan senjata nuklir serta untuk membangun kepercayaan saat Teheran dan P5+1 mencapai kesepakatan jangka panjang.

Israel menuntut agar perlucutan harus menjadi bagian dari kesepakatan yang dibuat.

Namun, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan kepada Financial Times dalam wawancara yang diterbitkan hari Jumat bahwa Teheran tidak akan melakukan hal yang diminta Israel itu.

Ketika ditanya oleh Financial Times apakah perlucutan fasilitas-fasilitas atom Iran merupakan "garis merah" bagi republik Islam itu, Rouhani menjawab: "100 prosen".

Iran telah berjanji akan membatasi pengayaan uranium pada kemurnian nuklir tingkat rendah.

Negara itu juga akan menurunkan kadar kemurnian pada persediaan bahan-bahan yang dikayakan, yang relatif mudah dapat dialihkan ke tingkat kemampuan senjata, atau dialihkan kepada bentuk lain.

Iran juga menyatakan komitmen untuk "tidak melakukan pengembangan lebih lanjut" selama enam bulan di lokasi-lokasi pengayaan uranium Fordo dan Natanz dan di pembangkit air berat Arak, yang memungkinkan Teheran memiliki plutonium yang bisa digunakan sebagai senjata ketika dioperasikan.

Iran, yang berada di bawah sanksi berat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Barat, akan terus melakukan pengayaan ke tingkat rendah dan akan mempertahankan persediaan bahan-bahan yang dikembangkan dalam tingkat rendah.

Sejak berakhirnya pertemuan Jenewa, belum jelas kapan kesepakatan itu akan diberlakukan.

Pembahasan teknis antara Iran, negara-negara kuat dunia serta IAEA, yang bertugas memeriksa kepatuhan Teheran, akan dilakukan untuk menjalankan rincian kesepakatan.

"Kami telah melakukan pembahasan awal dengan badan (IAEA) tersebut menyangkut langkah-langkah yang berkaitan dengan nuklir ... untuk diperiksa oleh badan tersebut," kata Najafi, Jumat."Kami akan meneruskan pembahasan-pembahasan mengenai hal itu."

IAEA sebelumnya telah mengawasi kinerja Iran terkait nuklir dengan terus-menerus menempatkan para personilnya di negara tersebut yang memeriksa persediaan permesinan.

Namun, dengan adanya kesepakatan yang tercapai pada hari Minggu lalu, pengawasan itu akan dijalankan lebih jauh.

IAEA setiap hari melakukan kunjungan ke lokasi-lokasi pengayaan serta mendapatkan akses ke lokasi perakitan mesin pemusing, ladang uranium dan secara berkala mendatangi Arak --sebagai tambahan selain memeriksa pembekuan pengayaan uranium.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement