REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- PM Thailand Yingluck Shinawatra terpaksa dilarikan dari kepungan massa pendemo antipemerintah di ibu kota Bangkok. Sejauh ini bentrokan antara pendemo dan polisi menewaskan empat orang.
Polisi dan tentara masih berusaha mengatasi sekitar 30 ribu pendemo. Sejumlah massa mengepung pagar betis polisi di mana Shinawatra akan memberi pernyataan mengecam kekerasan yang terjadi.
Seperti dilansir Daily Telegraph, Senin (2/12), begitu perdana menteri berhasil meloloskan diri, para pengunjuk rasa menyerbu sebuah stasiun televisi milik pemerintah dan beberapa gedung kementerian. Mereka juga memaksa masuk ke Istana Kepresidenan.
Polisi berusaha mencegah masuknya pendemo dengan gas air mata dan tembakan air (water cannon). Sedangkan pendemo membals dengan lemparan batu, botol dan bom molotov.
Protes yang terjadi dipicu rencana partai berkuasa Pheu Thai tempat Yingluck bergabung yang berusaha meloloskan undang-undang amnesti agar Thaksin Shinawatra bisa kembali dari pengasingan.
Thaksin lengser sebagai perdana menteri oleh kudeta militer pada 2006. Dua tahun kemudian ia mengasingkan diri untuk menghindari tuduhan korupsi yang menurutnya sangat politis.