Selasa 03 Dec 2013 11:47 WIB

Ingin Gabung Pemberontak Suriah, Dua Warga Sydney Ditangkap

Red:
Wakil Komisioner Kepolisian Australia Peter Drennan
Wakil Komisioner Kepolisian Australia Peter Drennan

SYDNEY -- Dua warga Sydney, Australia, ditangkap oleh kepolisian Australia karena diduga akan berangkat ke Suriah untuk membantu pemberontakan melawan rezim Presiden Bashar al-Assad. Ketentuan UU di Australia menyebutkan bergabung dengan pihak pemberontak merupakan tindakan kriminal, tak peduli apakah mereka terkait dengan organisasi teroris atau tidak

Menurut kepolisian federal Australia, AFP, penangkapan dilakukan setelah adanya laporan tentang warganegara Australia yang menjalankan serangan bunuh diri di bandara udara militer yang terletak di sebelah timur Suriah.

Penangkapan tersebut tidak ada hubungannya dengan ancaman terorisme lokal, demikian dijelaskan AFP.

Menurut Wakil Komisioner AFP, Peter Drennan, penangkapan dilakukan setelah investigasi bersama kepolisian negara bagian New South Wales.

Yang ditangkap adalah seorang laki-laki berusia 39 tahun dari daerah St Helens Park, dan lelaki berusia 23 tahun dari daerah Lidcombe. Mereka ditangkap berdasarkan hukum kejahatan, penyerangan ke luar negeri, dan rekrutmen.

Menurut Drennan, salah satu yang ditangkap bertugas membantu orang lain meninggalkan Australia untuk turut serta dalam konflik, sementara yang satu lagi berusaha turut serta dalam konflik Suriah.

“Tuduhannya adalah salah satu dari mereka bertanggung jawab memberi kontak-kontak di luar negeri, memfasilitasi perjalanan warganegara Australia ke Suriah untuk bertempur di garis depan,” ucapnya.

“Enam orang difasilitasi memasuki Suriah, dan salah satu dihentikan pihak berwenang Australia saat akan berangkat. Polisi juga menuduh bahwa lelaki yang satunya lagi melakukan sejumlah tindakan untuk meninggalkan Australia dan pergi ke Suriah untuk bertempur menggunakan senjata," kata Drennan.

Menurut Jaksa Agung George Brandis, ancaman yang timbul akibat warganegara Australia berangkat ke Suriah dan zona-zona konflik lain bersifat ‘signifikan’ dan kemungkinan berdampak jangka panjang pada keamanan nasional.

Drennan menyatakan memahami keinginan komunitas Suriah di Australia untuk turut bertindak, namun bergabung dengan pihak pemberontak merupakan tindakan kriminal di Australia, tak peduli apakah mereka terkait dengan organisasi teroris atau tidak.

“Jahbut al-Nusra telah digolongkan sebagai organisasi teroris oleh Pemerintah Australia,” jelasnya, “Al Qaeda dan kelompok-kelompok terafiliasi juga organisasi teroris. Pergi ke luar negeri untuk terlibat dengan konflik bersenjata dan memfasilitasi kepergian orang lain tergolong perbuatan Kriminal. Hukum terkait ini cukup jelas.”

Menurut Drennan, ada berbagai cara warga Australia bisa membantu mereka yang menderita di Suriah, seperti melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa, Palang Merah, atau Save the Children.

Menurut Catherine Burn, Wakil Komisioner Kepolisian New South Wales, penangkapan ini akan menyulitkan mereka yang berniat berangkat ke Suriah untuk bertempur.

“Aspek kritis investigasi ini adalah kita telah mengidentifikasi mereka yang kita lihat sebagai orang-orang kunci yang terlibat dalam jaringan yang memfasilitasi pengiriman orang ke Suriah untuk terlibat dalam konflik,” akunya.

Setidaknya empat warganegara Australia diketahui telah tewas dalam pertempuran. Dan agan-agen intelijen diperkirakan melacak sekitar 100 orang Australia yang aktif dalam konflik Suriah.

Konflik ini dianggap menarik pemuda Muslim yang idealis dan ingin membuktikan iman mereka.

Pemerintah Australia khawatir ada individu yang lebih teradikalisasi akibat pengalaman mereka di luar negeri dan menggunakan pelatihan mereka untuk menjalankan operasi teroris saat kembali ke Australia.

Kebanyakan dari warganegara Australia yang terlibat dalam konflik Suriah, yang diperkirakan berjumlah 400, diperkirakan bekerja dengan pihak yang menentang rezim Assad.

Sebagian ikut dalam pertempuran, namun yang lain bekerja sukarela untuk badan-badan kemanusiaan dan organisasi lainnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement