Selasa 03 Dec 2013 11:45 WIB

Perempuan Pekerja Media Banyak Alami Pelecehan

Red:
Hannah Storm, Direktur INSI
Hannah Storm, Direktur INSI

CANBERRA -- Lebih dari dua pertiga pekerja media perempuan pernah mengalami kekerasan dan pelecehan saat bekerja. Hal ini diungkapkan survei yang dilakukan oleh International News Safety Institute (INSI) dan International Women's Media Foundation. 

Menurut survei tersebut, separuh dari pekerja media perempuan yang disurvei pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja atau di lapangan. 

Direktur INSI, Hannah Storm, mengatakan bahwa penelitian tersebut diadakan antara lain karena menyikapi serangan terhadap jurnalis berkebangsaan Amerika, Lara Logan, di Tahrir Square, Kairo, Mesir, di tengah gejolak Arab Spring pada tahun 2011. 

Serangan tersebut menyulut perdebatan perihal keselamatan koresponden asing perempuan serta peserta aksi perempuan di kota tersebut. "Hampir dua pertiga dari jumlah jurnalis perempuan telah mengalami kekerasan dan pelecehan, dan itu angka yang cukup mengejutkan,'' ujar Storm.

Namun, di sisi lain, angka tersebut mengkonfirmasi apa yang telah diketahui sejak lama, lanjutnya. 

Yang termasuk dalam pelecehan adalah intimidasi verbal atau fisik dan ancaman. Hampir 46 persen responden pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja. Sebanyak 13 persen mengaku pernah mengalami kekerasan seksual.

Menurut penelitian, hampir 60 persen pelecehan seksual terjadi di kantor, sementara 49 persen terjadi di lapangan

Menurut Storm, jenis kejadian pelecehan tersebut membuat wartawan, wartawan foto dan pekerja media perempuan lainnya enggan melapor."Alasan lain para perempuan tidak melapor adalah, bila tidak terjadi di kantor, pelaku utama lainnya adalah pejabat pemerintah, pihak berwenang, polisi," jelasnya, 

"Jadi, kalau dilaporkan kemungkinan besar tak akan ada hukuman, karena yang melakukan kejahatan ini justru pihak tempat anda melapor,"

Penelitian INSI dan International Women's Media Foundation menemukan bahwa lebih dari separuh perempuan yang mengalami intimidasi, ancaman atau kekerasan mengalami dampak psikologis negatif.

"Pertama, anda mengalami hal yang buruk. Hal yang seharusnya tak dihadapi siapapun," jelas Storm, "Kemudian, situasi yang anda hadapi adalah orang-orang yang seharusnya menjadi tempat anda bergantung, yang seharusnya anda percayai, menjadi pelakunya." 

Kasus-kasus terkenal seperti yang menimpa   Lara Logan dan seorang jurnalis foto yang diperkosa di Mumbai, India, tahun ini, memancing perhatian masyarakat.

"Menurut saya, bila ini dibuat lebih terkenal...lebih banyak orang yang akan bercerita tentang pengalaman mereka...namun akan lebih banyak juga kemampuan untuk menanggulanginya," jelas Storm. 

Menurut Storm, riset ini akan memicu dorongan untuk melakukan pelatihan seputar keselamatan yang lebih baik, perubahan kebijakan, konseling dan bimbingan bagi jurnalis perempuan. 

"Ini soal menyediakan lingkungan yang memberdayakan, dimana mereka bisa menyuarakan keinginan mereka untuk menjadi lebih aman, untuk menyarakan keinginan mereka untuk diperlakukan setara," jelasnya,

"Mereka tak akan merasa seperti menggedor pintu, padahal tak ada orang di dalam." Survei tersebut dilakukan antara bulan Juli dan November tahun ini dan melibatkan 958 pekerja media di berbagai negara. 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement