REPUBLIKA.CO.ID, PBB, NEW YORK -- PBB pada Selasa (3/12) meluncurkan kendaraan udara tanpa awak (UAV) pertama di Republik Demokratik Kongo (DRC) dalam upaya agar bisa lebih baik melindungi warga sipil di bagian timur negeri itu --yang bergolak, kata juru bicara PBB.
"Pagi ini di Goma, bagian timur Republik Demokratik Kongo, Misi PBB --MONUSCO-- meluncurkan peresmian kendaraan udara tanpa awaknya," kata Martin Nesirky dalam taklimat harian di Markas PBB, New York. Goma adalah Ibu Kota Provinsi Kivu Utara di negeri tersebut.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Operasi Pemelihara Perdamaian Herve Ladsous mengunjungi Goma untuk meluncurkan UAV, yang terkenal dengan nama "drone", bersama dengan Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB di negeri tersebut Martin Kobler, kata Nesirky.
Ketika berbicara setelah MONUSCO meluncurkan pesawat pengamat tanpa awak buatan Italia dari bandar udara di Goma, Ladsous mengatakan, "Ini adalah pertama kali dalam sejarah PBB bahwa teknologi canggih semacam itu telah digunakan dalam misi pemelihara perdamaian."
Ladsous menyatakan PBB telah memasuki Abad 21 dari sudut pandang teknologi dan operasi pemelihara perdamaian memerlukan peralatan itu sehingga PBB dapat melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik untuk memikul tanggung-jawabnya, terutama melindungi warga sipil.
Misi Stabilisasi PBB di DRC, yang dikenal dengan nama MONUSCO, mendapat mandat, di antara tugas utamanya, melindungi warga sipil di daerah tersebut, demikian laporan Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Rabu (4/12) malam.
Dalam satu serangan, pasukan pertahanan Kongo, FARDC, dengan dukungan brigade campur tangan MONUSCO, memaksa anggota faksi gerilyawan tangguh M23 --yang telah menguasai banyak bagian Provinsi Kivu Utara selama lebih dari 18 bulan-- untuk menyerah pada November.
MONUSCO telah seringkali menyatakan misi itu menghadapi tantangan dalam melindungi daerah luas operasinya dan kekurangan apa yang disebut "pengganda kekuatan" seperti helikopter militer.
UAV akan memungkinkan dilaksanakannya cakupan yang jauh lebih banyak, kata MONUSCO.
"Dengan jenis peralatan ini, kami akan bisa menggabungkan informasi yang dikumpulkan dalam penerbangan dengan keterangan yang dikumpulkan di lapangan oleh personel," kata Komandan Pasukan MONUSCO Jenderal Santos Cruz. Ia menggambarkan citra yang dapat diperoleh pada ketinggian tiga kilometer.
Ladsous mengatakan penggelaran pesawat itu, yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB pada musim semi lalu, masih berkembang, tapi dimulai dengan dua UAV.
Sasarannya ialah mengoperasikan UAV sepanjang waktu dan secara tepat yang mencakup seluruh provinsi terkait di DRC, katanya.