REPUBLIKA.CO.ID, MADURA -- Meski Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop telah datang ke Indonesia untuk merekatkan kembali hubungan dengan Indonesia. Hal tersebut tidak langsung membuat Indonesia kembali seperti sedia kala.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku telah mendengar laporan Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa Australia telah menyesal secara mendalam atas skandal penyadapan telepon. Namun, untuk normalisasi hubungan Indonesia-Austalia, nanti dulu.
"Biarlah mengalir dulu sampai Indonesia yakin. Saya yakin, bahwa ke depan tidak ada lagi hal seperti itu dan kita bisa menjalin kerja sama dengan baik," kata Presiden SBY, Jumat (6/12).
Presiden SBY menegaskan, penyesalan mendalam atas skandal penyadapan telepon sejumlah pejabat tinggi negara yang dilakukan Menlu Julie Bishop itu belum cukup hingga Pemerintah Australia menjalankan persyaratan yang ditetapkan RI.
"Sikap kita jelas dan tegas, (penyadapan) ini suatu yang serius dan kita tidak bisa dianggap berlangsung begitu saja," kata SBY menerangkan.
Mengenai normalisasi hubungan Indonesia-Australia, Presiden SBY kembali menyampaikan enam langkah yang harus ditempuh bersama. "Itu prinsip, kita tidak bisa maju tanpa adanya saling menghormati, saling mempercayai," ujar SBY.
Presiden menegaskan, bagi Indonesia, menyadap pembicaraan kepala negara sahabat berarti tidak mempercayai dan menghormati. "Oleh karena itu kita ingin membangun hubungan baru ke depan dengan kesepakatan bahwa semuanya harus memiliki penghormatan dan kepercayaan kepada mitranya," ucap Presiden.
Menurut Presiden, bagaiman pun harus kita selesaikan dulu (kasus penyadapan) sampai beres, kemudian kita siap melaksanakan normalisasi hubungan bilateral kedua negara," katanya menegaskan.