REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki kembali membuka tender pengadaan sistem pertahanan udara sebagai alternatif pengadaan sistem yang sama dari Cina yang mendapat kritikan dari berbagai negara setelah ditunjuk sebagai pemenang tender sebelumnya.
Namun, sampai saat ini belum ada perusahaan yang mengajukan proposal pengadaan dalam tender yang akan berakhir 31 Januari mendatang.
Negara-negara yang keberatan dengan kemenangan perusahaan Cina tidak juga mengajukan sistem mereka.
"Kami telah meminta perusahaan lain untuk menyajikan tawaran direvisi tapi itu belum ada," kata pejabat Turki, Murad Bayar dilansir Middle East Online, Sabtu kemarin.
Amerika Serikat menyuarakan keprihatinan mendalam atas keputusan Turki pada bulan September untuk memasuki negosiasi dengan China Precision Machinery Export-Import Corporation (CPMIEC) untuk pengadaan sistem pertama anti-rudal jarak jauh.
CPMIEC, produsen sistem rudal HQ-9, berada di bawah sanksi AS untuk menjual senjata dan teknologi rudal ke Iran dan Suriah.
Turki mengatakan, sementara tender terus dibuka, peluang Cina untuk memasok sistem tersebut masih terbuka.
Jika pembicaraaan dengan Cina juga mengalami kebuntuan, maka pemenang tender kedua saat itu yang akan tampil sebagai pemenang.