Senin 09 Dec 2013 14:11 WIB

Muslim Barat Ikut Perang di Suriah Via Media Sosial

Militan Suriah
Foto: Al Alam
Militan Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Muslim dari sejumlah negara ikut perang di Suriah. Hal itu terlihat dari kemunculannya via media sosial. Di dunia maya tersebut, mereka berbagi pengalaman terlibat dalam konflik.

Di media sosial seperti Twitter, Tumblr dan laman tanya jawab Ask.fm, para pejuang yang kebanyak anak-anak muda itu berbagi pemahaman yang tidak biasa seputar perang di Suriah.

Akun publik pertama mereka itu muncul di tengah-tengah peringatan Barat mengenai potensi bahaya yang diakibatkan oleh mengalirnya anak-anak muda Muslim ke Suriah untuk ikut berperang di negara itu.

Inggris, Prancis, dan Belanda memperkirakan ratusan warga mereka berada di Suriah, dan dikhawatirkan nantinya mereka akan melancarkan serangan ke negara mereka sendiri.

Di antara anak-anak muda yang turut berperang ialah Ifthekar Jaman (23) dari Portsmouth, Inggris.

Ia merupakan salah satu pengguna aktif media sosial sebelum meninggalkan Inggris, namun tetap mempertahankan beberapa akun Twitter, mengunggah video pendek di Keek.com, serta menjawab beberapa pertanyaan di Ask.fm.

Sebagian besar aktivitas dalam jaringan Jaman khusus mendokumentasikan kehidupan sehari-harinya di tengah konflik. Sementara pejuang lain menawarkan hal yang sama.

"Untuk mereka yang khawatir meninggalkan camilan mereka," kata seseorang dengan nama Abu Layth dalam kicauannya dengan sebuah foto sekantong penuh makanan.

"Wallahi (demi Allah), kalian yang tetap tak bergerak akan ketinggalan. Pasti," imbuhnya.

Aktivitas publik semacam itu menurut seorang pengamat pada Pusat Terorisme dan Insurgensi IHS Janes, Charles Lister, merupakan perkembangan baru.

Sebelumnya pada tahun ini, "tentu ada pejuang asing dari Barat di Suriah namun mereka tidak nampak," katanya kepada AFP.

"Secara harafiah selama beberapa bulan lalu, keberadaan mereka mulai semakin kasat mata," kata dia, "Saya rasa ini tidak biasa dibandingkan dengan konflik-konflik yang lain."

Seorang pejuang bernama Chechclear di Ask.fm mengaku ia tidak mengkhawatirkan konsekuensi dari postingan dia.

sumber : Antara/ AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement