Selasa 10 Dec 2013 21:24 WIB

Israel Rancang Doktrin Pertahanan Enam Lapis

Tentara Israel (file photo)
Foto: Reuters/Ronen Zvulun
Tentara Israel (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Dinas keamanan Israel telah merancang doktrin pertahanan baru saat para pelaku politik di negeri itu menyampaikan kekhawatiran yang meningkat mengenai kesejahteraan Negara Yahudi tersebut di wilayah itu. Demikian laporan The Jerusalem Post pada edisi Senin (9/12).

Surat kabar tersebut, dengan mengutip beberapa sumber senior militer, mengatakan doktrin enam-lapis itu, yang dirancang oleh Kementerian Pertahanan, Komando Front Dalama Negeri dan staf jenderal Angkatan Darat, bertujuan untuk menyediakan reaksi lebih baik terhadap ancaman roket dan rudal pada masa perang.

''Dua lapis pertama adalah penangkal dan diplomasi. Alat yang dapat digunakan untuk membina persekutuan dan memecah-belah musuh tanpa menggunakan kekuatan militer,'' kata The Jerusalem Post yang mengutip satu sumber.

Apabila kedua lapis itu gagal, maka pengaktifan banyak sistem pertahanan udara Israel yang merupakan lapisan ketiga dan keempat doktrin tersebut akan dikerahkan.

Lapisan kelima adalah pertahanan pasif seperti sirene serangan udara dan tempat perlindungan bom. ''Lapisan keenam serta terakhir berpusat pada pengerahan warga sipil pada saat perang,'' kata laporan tersebut sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta pada Selasa malam.

Doktrin itu muncul saat para pejabat Israel makin khawatir mengenai simpanan roket dan rudal tetangganya yang berkembang serta dapat digunakan terhadap pusat kota yang berpenduduk padat dalam konflik masa depan.

Seorang pejabat senior Israel memberitahu Xinhua dalam satu wawancara pada November bahwa milisi Syiah Lebanon, Hizbullah, saat ini memiliki sebanyak 100.000 proyektil. Sebagian amunisi itu mampu menyerang Pelabuhan Eilat di Laut Merah di ujung paling selatan Israel dengan hulu ledak seberat satu ton.

Menurut laporan pada Senin, Hizbullah telah meningkatkan simpanan roket jarak jauhnya dari 500 jadi 5.000 sejak Perang Lebanon Kedua pada 2006. Sehingga, Komando Front Dalam Negeri meningkatkan persiapan darurat untuk memperkecil dampak pada penduduk selama perang.

"Orang tak bisa mengatakan ada satu front dan satu front dalam negeri. Musuh memandang front dalam negeri sebagai front dalam setiap cara," kata sumber militer Israel tersebut.

sumber : Antara/Xinhua-OANA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement