Rabu 11 Dec 2013 16:51 WIB

Baju Merah Pendukung Yingluck Siapkan Demo Tandingan

Anti-government protesters wave a banner and Thai national flags as they rally outside the Government complex in Bangkok, Thailand, Wednesday, Nov. 27, 2013.
Foto: AP/Wason Wanichakorn
Anti-government protesters wave a banner and Thai national flags as they rally outside the Government complex in Bangkok, Thailand, Wednesday, Nov. 27, 2013.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Para pendukung "Baju Merah" Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra Rabu mengatakan mereka akan turun ke jalan untuk melindungi pemerintah dari para pengunjuk rasa yang telah memaksanya untuk menyerukan pemilihan sela, membentuk panggung untuk kemungkinan konfrontasi.

Peringatan "Baju Merah" menyoroti risiko-resiko ke depan di saat para pengunjuk rasa anti-pemerintah terus mendorong untuk membasmi pengaruh politik kakak Yingluck, mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, pahlawan di kawasan pedesaan utara dan timur laut, yang digulingkan oleh militer pada tahun 2006.

Suthep Thaugsuban pemimpin protes, mantan deputi perdana menteri dalam pemerintahan sebelumnya yang dikalahkan oleh partai berkuasa Yingluck secara mutlak pada tahun 2011, telah mengabaikan seruan perdana menteri untuk pemilu sela yang akan digelar pada 2 Februari.

Dia ingin Thailand diperintah oleh "dewan rakyat" yang tak dipilih dan terdiri dari "orang-orang baik" yang ditunjuk. Seperti gerakan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang berpotensi untuk memicu konflik dengan "Baju Merah" pendukung Yingluck di negara berpenduduk 66 juta itu.

Front Persatuan untuk Demokrasi Melawan Kediktatoran (UDD), yang juga dikenal sebagai Baju Merah, akan berunjuk rasa untuk melindungi pemerintah, kata Jatuporn Promphan, salah satu pemimpinnya.

"Ini adalah tugas UDD untuk membawa bersama-sama secara massal Baju Merah dan mereka yang mencintai demokrasi dan tidak setuju dengan cara-cara Suthep itu. Akan ada lebih banyak orang daripada yang telah Suthep berhasil kumpulkan," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Suthep, yang beberapa pekan lalu mengundurkan diri dari kursi parlemen, yang telah dia pertahankan selama 34 tahun, berasal dari dukungan kelompok kecil tetapi minoritas kuat, yakni elit royalis di Bangkok dan oposisi Demokrat, partai tertua negara itu, yang gagal memenangkan pemilihan umum sejak tahun 1992.

Pada tahun 2010, ia diberi kewenangan penumpasan oleh pasukan keamanan yang meninggalkan pusat kota Bangkok yang terbakar dan menewaskan puluhan Baju Merah, yang mengatakan bahwa mereka tetap mendukung Yingluck dan saudara lelakinya miliarder Thaksin, yang tinggal di pengasingan untuk menghindari penjara karena tuduhan melanggar kekuasaan yang katanya itu bermotif politik.

Thaksin secara luas dipandang sebagai kekuatan di balik Yingluck yang memerintah, kadang-kadang mengadakan pertemuan dengan kabinet melalui webcam. Mereka memiliki pendukung besar di pedesaan karena

kebijakan pro-kemiskinannya dan partai yang terkait dengan Thaksin berpeluang bagus untuk memenangkan pemilu. "Ketika berbicara, Suthep harus diingatkan bahwa ada jutaan warga Thailand yang mencintai Thaksin Shinawatra dan kepada keluarganya," kata Thida Thawornseth, pemimpin papan atas UDD, kepada Reuters.

"Dari mana datang pemikiran Suthep jika dia bisa berbicara atas nama dari semua warga Thailand?" tambahnya. "Suthep mengatakan Yingluck tidak bisa pergi ke mana saja di Thailand tanpa dihina. Bagaimana dengan dia sendiri? Dia adalah orang yang harus dikhawatirkan."

sumber : antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement