REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Amerika Serikat dan Inggris pada Rabu telah menghentikan sementara bantuan 'tidak-mematikan' kepada gerilyawan di Suriah utara. Penghentian dilakukan sekitar satu hari setelah gerilyawan menyerbu sebuah penyeberangan perbatasan di kawasan yang diselimuti salju di dekat Turki.
Pertemuan negara-negara Teluk Arab yang berlangsung di Kuwait mengeluarkan desakan agar milisi-milisi asing menarik diri dari Suriah dan mengatakan Presiden Bashar Al Assad jangan diberi peranan di masa depan.
Ribuan pengungsi Suriah di negara tetangga, Lebanon, juga harus berjuang menghadapi kondisi sulit karena tenda-tenda darurat yang mereka tempati mendapat serangan badai musim dingin. Badai membawa salju, hujan serta suhu yang sangat dingin.
Keputusan AS dan Inggris untuk menangguhkan bantuan tak-mematikan kepada oposisi di Suriah utara itu diambil setelah para gerilyawan menduduki penyeberangan perbatasan Bab al-Hawa serta markas-markas pasokan kunci dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA).
"Kami telah melihat laporan bahwa pasukan-pasukan Front Islamis telah menduduki markas besar Atmeh serta gudang-gudang milik dewan militer agung (FSA) dan kami tentu merasa khawatir," kata T.J. Grubisha, juru bicara kedutaan besar Amerika Serikat di Ankara, kepada AFP.
"Karena melihat kondisi saat ini, Amerika Serikat telah menangguhkan pengiriman bantuan 'tidak-mematikan' ke Suriah utara," katanya.
Bantuan 'tak-mematikan' dari AS yang disediakan oleh para gerilyawan termasuk kendaraan anti-peluru, kacamata-kacamata tembus pandang untuk malam hari serta peralatan komunikasi canggih.