Jumat 13 Dec 2013 19:12 WIB

AS Keluarkan Daftar Hitam, Iran Langsung Hentikan Perundingan

Iran (ilustrasi)
Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Perunding Iran pada Kamis menghentikan pembicaraan dengan negara kuat dunia dan kembali ke Teheran untuk berembuk setelah Washington memasukkan lusinan perusahaan dan pribadi ke daftar hitam karena dianggap menghindari sanksi Amerika Serikat. Demikian kata media pemerintah.

"Juru runding Iran memotong perundingan dengan P5+1 untuk berembuk dengan Teheran," kata juru runding kepada kantor berita resmi Iran IRNA.

Perunding itu membahas penerapan kesepakatan sementara bersejarah yang dicapai dengan P5+1 --Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat plus Jerman.

Keputusan untuk menghentikan pembicaraan di Wina itu diambil beberapa jam setelah Washington menerapkan daftar hitam terhadap satu lusin perusahaan dan individu karena menghindari sanksi AS atas Iran.

Langkah itu membuat dua senator meminta kepada Gedung Putih agar tidak mengajukan sanksi-sanksi baru di Kongres.

Langkah tersebut menimbulkan risiko akan membuat Teheran marah setelah adanya peringatan berkali-kali dari para pejabat Iran dalam beberapa hari terakhir ini bahwa apapun langkah hukuman tambahan merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang dicapai bulan lalu.

Di bawah kesepakatan sementara yang dilakukan di Jenewa, Iran setuju untuk membekukan bagian-bagian program nuklirnya yang mencurigakan selama enam bulan.

Pembekuan itu dilakukan sebagai imbalan atas pengurangan sanksi senilai tujuh miliar dolar AS (Rp84 triliun) dari negara-negara Barat.

Sementara, Iran merundingkan kesepakatan akhir yang menyeluruh untuk menghilangkan kecurigaan bahwa pihaknya sedang berupaya membangun kemampuan senjata nuklir.

Amerika Serikat juga setuju untuk menahan diri dari tindakan memberikan sanksi-sanksi baru atas Iran.

Namun, para pejabat tinggi pemerintah menganggap bahwa langkah-langkah yang diambil hari Kamis merupakan bagian dari sanksi-sanksi yang sudah ada --yang telah memaksa Teheran maju ke meja perundingan.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement