Sabtu 14 Dec 2013 09:53 WIB

Boko Haram Akui Serang Barak Militer Nigeria

Aksi kekerasan melanda Nigeria (ilustrasi)
Foto: EPA
Aksi kekerasan melanda Nigeria (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KADUNA -- Kelompok Boko Haram mendalangi serangan terpadu terhadap sasaran-sasaran militer Nigeria bulan ini, kata pemimpin kelompok itu dalam sebuah pesan video yang disiarkan Jumat (13/12).

Pernyataan itu memuji keberhasilan Boko Haram menyerang pasukan Nigeria. Serangan besar-besaran itu terjadi dalam tujuh bulan ini di wilayah timurlaut negara tersebut. Semula serangan itu tampaknya bisa mengendalikan kekerasan karena pasukan menguasai lagi kota-kota dan daerah di negara paling padat Afrika dan produsen minyak itu.

Namun, Boko Haram selamat dalam banyak serangan selama kekerasan empat setengah tahun mereka. Setelah mundur tahun ini ke daerah-daerah terpencil, termasuk perbukitan hutan Gwoza dekat Kamerun, mereka melancarkan serangan-serangan balasan yang mematikan.

Pada 2 Desember, Boko Haram memasuki Maiduguri untuk pertama kali dalam beberapa bulan, menyerang pangkalan angkatan udara dan barak militer. Maiduguri adalah ibu kota negara bagian Borno dan tempat lahirnya pemberontakan tersebut.

"Kami memasuki Maiduguri, membakar barak mereka, yang mereka gunakan untuk minum bir dan melakukan hal-hal lain yang tidak beriman," kata pemimpin Boko Haram Abubakar Shekau dalam rekaman video 40 menit, dalam bahasa campuran Arab, Hausa dan Kanuri yang digunakan di Nigeria utara.

"Kami memasuki bandara Maiduguri dan membakar tiga helikopter militer serta dua jet. Segala puji bagi Allah," kata Shekau yang dilansir dari Reuters, Sabtu (14/12).

Pemerintah Nigeria pada November memperpanjang keadaan darurat di kawasan timurlaut. Hal itu pertama kali diberlakukan pada Mei yang memberi militer waktu tambahan selama enam bulan lagi untuk menumpas aksi kekerasan. Keadaan darurat diberlakukan di tiga wilayah timurlaut, yaitu Adamawa, Borno, dan Yobe pada Mei sebagai bagian dari upaya pemerintah mengendalikan serangan Boko Haram.

Pada 15 Mei, sehari setelah dekrit Presiden Goodluck Jonathan dikeluarkan, militer mengumumkan peluncuran operasi besar-besaran yang bertujuan mengakhiri kekerasan militan, dengan menempatkan ribuan prajurit tambahan dan kekuatan udara di wilayah timurlaut.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement