Sabtu 14 Dec 2013 22:45 WIB

Iran Tahan Warga AS Terkait Tuduhan Spionase

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Djibril Muhammad
Aksi spionase (ilustrasi).
Foto: gadabimacreative.blogspot.com
Aksi spionase (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Media Iran mengatakan otoritas Iran telah menahan seorang pria Amerika Serikat (AS) atas tuduhan melakukan aksi spionase untuk Inggris.

Kantor berita ISNA, Sabtu (14/12) melaporkan pria bernama Bob Levinson itu ditahan di kota Kerman di tenggara Iran setelah otoritas setempat mengawasinya selama berbulan-bulan.

Pejabat pengadilan Kerban mengatakan pria itu telah bertukar informasi dengan empat intelijen Inggris. Bob kini tengah menjalani persidangan dan telah membuat pengakuan di pengadilan.

Secara berkala Iran selalu mengumumkan warga asing yang ditahan atas tuduhan spionase. Tak jarang, detail kegiatan tahanan pun dijelaskan.

Kabar penahanan seorang pria AS yang menjadi informan bagi Inggris itu muncul kala hubungan Iran dan Inggris mulai membaik pascaterpilihnya Hassan Rouhani sebagai Presiden Iran pada Juni lalu. Kantor Kedutaan Besar Inggris di Teheran sudah tutup sejak 2011 menyusul serangan yang dilancarkan ke sana.

Bob dikabarkan sudah hilang selama hampir tujuh tahun. Video testimoni Bob pernah muncul pada 2011 lalu. "Saya tak punya apa-apa lagi yang tersisa. Saya butuh bantuan pemerintah AS untuk menjemput saya," kata Bob dalam videonya seperti yang disiarkan Aljazirah. Video itu diketahui diunggah dari sebuah kafe internet Pakistan.

Hilangnya Bob sudah disadari keluarganya empat tahun lalu. Selama tiga tahun keberadaan Bob tidak diketahui. Gambar bob menjadi tanahan Iran atas tuduhan melakukan misi intelejen tiga tahun lalu juga pernah beredar.

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, di sela-sela kunjungannya di Israel dan Palestina tidak mengkonfirmasi apakah Bob merupakan intelijen CIA atau bukan. "Namun kami memastikan proses pembebasan akan terus dilanjutkan," ungkap Kerry.

Kerry menolak membahas keberadaan Bob yang kini berada dalam tahanan. Perwakilan keluarga Bob mengatakan pemerintah AS gagal menyelamatkan dan menemukan warganya. Sudah tujuh tahun berlalu, sudah saatnya AS melindungi warganya.

"Bob adalah pria berani. Kami mencintainya dan menginginkannya untuk segera kembali," kata perwakilan keluarga Bob yang tak disebutkan namanya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement