REPUBLIKA.CO.ID, TUNISIA – Untuk mengakhiri kebuntuan politik di Tunisia, pemerintah Tunisia telah menunjuk seorang Perdana Menteri baru, Mehdi Jomaa. Penunjukan perdana menteri baru tersebut dilakukan bersama antara koalisi partai berkuasa dengan partai oposisi.
Mehdi Jomaa (50 tahun) sebelumnya adalah Menteri Perindustrian Tunisia. Ia ditunjuk sebagai perdana menteri non partisan sementara hingga digelarnya pemilu pada tahun depan. Dalam negosiasi yang dilakukan oleh dua partai oposisi dan partai berkuasa itu terdapat enam kandidat yang akan ditunjuk sebagai perdana menteri.
Ketua Uni UGTT Hussein Abassi, mediator Partai Islam Ennahda dan Front Keselamatan Nasional, mengumumkan penunjukan Mehdi Jomaa pada Sabtu lalu. “Ia ditunjuk melalui voting dalam pembicaraan yang dilakukan oleh partai-partai politik,” katanya.
Pembicaraan tersebut dilakukan sejak Oktober dan Jomaa hanya memiliki waktu tiga minggu untuk membentuk pemerintahan. Menurutnya, meskipun banyak kendala, mereka telah bersepakat untuk mencapai kesepakatan bersama dan memutuskan Mehdi Johmaa. Ia menambahkan, dalam pemerintahan selanjutnya sebaiknya merupakan anggota non partisan dan independen.
Sementara itu, Pemerintah Islam, yang dipimpin oleh Ali Larayedh dari partai Ennahda juga telah menyetujui penunjukan tersebut untuk mengatasi krisis politik yang terjadi setelah pembunuhan politikus. Keputusan tersebut dicapai pada Kamis lalu untuk mengakhiri kebuntuan politik yang tengah melanda Tunisia. Krisis politik Tunisia terjadi sejak pembunuhan dua politikus oposisi pada awal tahun ini.