Ahad 15 Dec 2013 23:45 WIB

Mugabe Janjikan Pendapatan Tambang untuk Rakyat Miskin

Kota Great Enclosure, Zimbabwe
Foto: NatGeo
Kota Great Enclosure, Zimbabwe

REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Presiden Zimbabwe Robert Mugabe, Sabtu (15/12) berjanji menggunakan pendapatan dari pertambangan guna membantu rakyat miskin. Ia juga menyeru rakyat Zimbabwe untuk membentuk perusahaan mereka sendiri agar dapat meraih keuntungan dari program "pribumisasi" pemerintah.

Menutup konferensi tahunan partainya di kota pertanian Chinhoyi, presiden veteran itu meminta Menteri Keuangan Patrick Chinamasa untuk menyajikan anggaran pro-rakyat miskin pekan depan.

"Cari uang Chinamasa," katanya yang disambut dengan tepuk tangan keras dari ribuan pendukungnya. "Anda tidak bisa mengatakan tidak ada uang. Di mana platinum kita? Di mana akan emas kita? Di mana berlian kita?"

"Anggaran harus menunjukkan hal baru. Mereka yang bekerja harus dibayar di atas garis kemiskinan. Kita tidak bisa benar-benar berdamai dengan hati kita jika kita mengatakan orang-orang kita harus terus bekerja dan tidak mendapatkan apa-apa."

Mugabe, 89, mendesak rakyat Zimbabwe untuk membentuk perusahaan mereka sendiri guna turut ambil bagian dalam program "pribumisasi" pemerintahannya, yang memaksa perusahaan asing untuk menjual saham mayoritas kepada investor lokal kulit hitam.

Zimbabwe sedang berjuang mengatasi pengangguran besar-besaran dan perekonomiannya tengah mengalami penurunan. Banyak perusahaan yang beroperasi di bawah kapasitas karena kekurangan uang tunai, sementara yang lain telah ditutup atau dipindahkan ke negara-negara tetangga.

Konferensi Partai Mugabe, Zimbabwe African National Union-Patriotic Front (ZANU - PF),  dilakukan setelah partai tersebut memenangkan pemilihan umum pada bulan Juli untuk mengakhiri pembagian kekuasaan yang rentan dengan pemimpin oposisi Morgan Tsvangirai.

Pemerintah Zimbabwe, yang dipimpin oleh Mugabe sejak kemerdekaan negara itu pada tahun 1980, sedang berjuang untuk mencari solusi guna mengakhiri keterpurukan perekonomian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement