REPUBLIKA.CO.ID, SANA’A -- Parlemen Yaman mendesak agar serangan drone Amerika Serikat (AS) di wilayah negara mereka segera dihentikan. Seruan tersebut menyusul serangan pesawat tak berawak negeri Paman Sam itu yang menewaskan 13 orang dan melukai lebih dari 20 warga sipil Yaman lainnya, pekan lalu.
Desakan ini merupakan yang pertama kalinya dilontarkan Parlemen Yaman sejak AS mulai melancarkan operasi penumpasan kelompok Alqaida di beberapa negara di Timur Tengah pada 2002. Meski pun serangan drone AS kerap terjadi dalam beberapa tahun terakhir, tetapi insiden yang terjadi pekan lalu telah mempermalukan pemerintah Yaman.
Pesawat tak berawak AS itu telah menyebabkan 13 warga sipil Yaman tewas saat sedang menggelar konvoi menuju sebuah pesta pernikahan, Kamis (12/12). Pemerintah Yaman sendiri dikabarkan telah meyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban, di samping memberikan santunan senilai 168 ribu dolar AS buat mereka.
Dilansir World Bulletin, Senin (16/12), beberapa pengamat menilai suara bulat parlemen Yaman yang meminta agar AS menghentikan serangan drone itu sudah terlambat. Sebagian lagi berpendapat skeptis, parlemen negara Arab itu sebenarnya tidak dapat berbuat banyak atas berbagai peristiwa tragis yang membunuh penduduk di negeri mereka.
"Parlemen tidak bisa menyetujui atau mencegah apa pun," kata salah satu peneliti Yaman, Mohamed Al Zahri kepada Anadolu.