Jumat 20 Dec 2013 15:38 WIB

Sudan Selatan di Ambang Perang Saudara

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Dewi Mardiani
Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir
Foto: sudantribune.com
Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir

REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Bentrokan yang terjadi antara faksi-faksi di Juba, Sudan Selatan mengkhawatirkan semua pihak. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, pun mengingatkan akan terjadinya perang saudara di negeri termuda di dunia itu.

Bentrokan tersebut diperkirakan telah menyebar di seluruh negara itu. Amerika pun telah menerjukan 45 personel tentaranya untuk menyelamatkan warga Amerikadi Sudan Selatan. Bahkan, pada Kamis (19/12), tiga orang penjaga perdamaian India dilaporkan tewas dalam penyerangan yang dilakukan di sekitar komplek PBB di Sudan Selatan. Setidaknya 500 orang diperkirakan tewas dalam kejadian ini.

Presiden Salva Kiir menuduh mantan wakilnya, Riek Machar, berusaha untuk menggulingkan pemerintahannya. Sehingga, bentrokan antarfaksi di Sudan Selatan ini pun pecah. “Kondisi di Sudan Selatan saat ini berada diambang perang saudara. Bentrokanyang terjadi membawa negara ini kembali ke masa lalunya,” kata Obama dalam sebuah kongres.

Ia mengatakan kekerasan itu harus dihentikan dan menyarankanagar semua pihak mendengarkan saran dari negara-negara tetangga untuk berdialog dan melakukan rekonsiliasi. Kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini melibatkan kelompok etnis Dinkas yang dipimpin oleh Riek Machar dan kelompok etnis Nuer yang dipimpin oleh Salva Kiir.

 

Menurut laporan BBC yang dikutip Jumat (20/12), perang antarsaudara telah terjadi di Sudan Selatan selama 22 tahun. Akibatnya, jutaan orang tewas sebelum Sudan Selatan mendapatkan kemerdekaannya pada 2011.

Sementara itu, Duta PBB India, Ashok Mukerji, mengumumkan tewasnya penjaga perdamaian di Sudan Selatan dalam pertemuan PBB di New York. Menurutnya, mereka telah menjadi target dan tewas pada penyerangan yang dilakukan Kamislalu oleh kelompok pemuda etnis Nuer di Akobo, negara bagian Jonglei.

Wakil Juru Bicara PBB, Farhan Haq, mengkhawatirkan bertambahnya korban yang jatuh akibat kekerasan ini. Selain itu, belum diketahui nasib masyarakat Dinka di tempat perlindungan PBB yang telah diserang. PBB pun menduga para warga sipil tersebut terluka dan tewas akibat penyerangan itu. Sedangkan, keamanan di wilayah tersebut saat ini telah ditingkatkan.

Ketika serangan itu terjadi, sebanyak 43 penjaga perdamaian India, enam penasehat polisi PBB, dan dua staf sipil PBB berada di dalam fasilitas mili kPBB itu. UNMISS sendiri memiliki 6.800 tentara dan polisi di negara itu. Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menyalahkan tentara yang mendukung Machar atas bentrokan yang terjadi.

Machar sendiri telah diberhentikan oleh Kiir pada Juli lalu dan membantah atas tuduhan penggulingan pemerintahan. Perlawanan dari kelompok lawan pun terjadi di Kota Bor, utara Joba. Juru bicara Uni Afrika, Ateny wek Ateny, mengatakan Bor dikuasai oleh pendukung Machar.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement