REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Presiden Sudan Selatan Salva Kiir setuju untuk mengambil bagian dalam dialog tanpa syarat guna mengakhiri perselisihan mematikan di negara itu, kata para diplomat Jumat (20/12).
Kiir membuat komitmen kepada para menteri luar negeri Afrika yang berkunjung ke Juba dalam upaya mengakhiri pertempuran di mana ratusan orang telah tewas, kata Ketua Dewan Keamanan PBB Gerard Araud. "Kiir tampaknya setuju untuk melakukan dialog tanpa syarat," kata Araud, Dubes Prancis di PBB kepada wartawan setelah pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB mengenai krisis Sudan Selatan.
Beberapa waktu kemudian, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengeluarkan seruan lain untuk upaya perdamaian baru, di tengah meningkat cepatnya kekerasan politik dan etnis itu. "Sekjen menegaskan kembali seruannya kepada semua pihak untuk berupaya menahan diri, dan untuk menghentikan permusuhan," kata pemimpin PBB, seperti dilansir dari AFP, Sabtu (21/12).
Kekerasan meletus setelah pertemuan Dewan Pembebasan Nasional dari Dewan Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM) pekan lalu gagal untuk mengurangi ketegangan-ketegangan di partai yang berkuasa.
"Ban mendesak para pemimpin SPLM untuk menunjukkan kompromi dan kepemimpinan atas nama rakyat Sudan Selatan, dan agar menyelesaikan perbedaan pribadi mereka melalui dialog langsung," lanjut Araud. "Presiden tampaknya menerima untuk memasuki dialog tanpa syarat," kata duta besar Prancis di PBB itu.
Dia membuat komitmen kepada para menteri luar negeri Afrika yang pergi ke Juba dalam upaya menghentikan pertempuran di mana ratusan orang telah tewas, kata Ketua Dewan Keamanan Gerard Araud kepada wartawan. Araud semula mengatakan bahwa mantan wakil presiden Riek Machar juga sepakat untuk berdialog, tetapi kemudian komentarnya dikoreksi.
Para menteri luar negeri dari Ethiopia, Kenya, Uganda, Djibouti, dan Sudan pergi ke Juba untuk misi mencoba mengakhiri perselisihan selama sepekan yang menewaskan ratusan orang. Mereka mengadakan pembicaraan dengan Kiir tetapi tidak dengan Riek Machar.