REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama telah memperingatkan Sudan Selatan, bahwa Washington dan sekutu-sekutunya akan memotong bantuan ke negara itu jika kudeta militer terus berlangsung. Obama juga mendesak para pemimpin sipil Sudan Selatan untuk membantu melindungi personel dan warga negara AS atas konflik yang melanda negara itu.
Permintaan Obama diajukan setelah empat anggota dinas militer AS terluka ketika pesawat mereka ditembak pada hari Sabtu (21/12). Saat ditembaki mereka tengah dalam misi mengevakuasi warga negara AS, di Sudan Selatan.
"Setiap upaya untuk merebut kekuasaan melalui penggunaan kekuatan militer sulit mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan masyarakat internasional, " kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Aljazirah. Pernyataan tersebut keluar setelah Obama memanggil Penasihat Keamanan Nasional AS Susan Rice.
Kekerasan terus meningkat di Sudan Selatan, yang memperoleh kemerdekaan dari Sudan pada tahun 2011. Meskipun beberapa waktu lalu Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menawarkan pembicaraan terbuka dengan mantan wakilnya, Riek Machar, yang dituduh berada dibalik Kudeta.
Setidaknya 500 orang telah tewas di ibukota Juba sendiri dalam enam hari sejak bentrokan yang terjadi, Ahad (15/12). Puluhan ribu warga mengungsi dan mencari perlindungan di markas PBB di tengah peringatan bahwa negara miskin itu berada di ambang perang.
Sementara warga asing telah menuju ke bandara, di mana beberapa negara termasuk Amerika Serikat dan Inggris, telah mengirim pesawat angkut militer untuk evakuasi. Kekerasan di Juba telah menyebar ke sejumlah wilayah lain di Sudan Selatan.