REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Pasukan kepolisian Nigeria meningkatkan patroli, pengawasan dan operasi rahasia untuk mengamankan tempat-tempat yang mungkin menjadi sasaran serangan gerilyawan selama perayaan Natal.
Kelompok militan garis keras melancarkan serangan setiap Natal selama tiga tahun terakhir. Serangan paling dramatis terjadi pada 2011 ketika mereka membom tiga gereja, termasuk Gereja Katholik St. Theresa di Madalla di pinggiran Abuja yang menewaskan 37 orang dan mencederai 57 lain.
"Seluruh pasukan serang dan satuan khusus dimobilisasi secara memadai untuk melakukan pengamanan," kata juru bicara kepolisian, Frank Mba, dalam sebuah pernyataan.
"Operasi rahasia, pengawasan siang-malam, dan patroli ditingkatkan,'' katanya. ''Perhatian khusus kini diberikan pada tempat-tempat umum strategis, termasuk tempat ibadah, pusat rekreasi, pusat perbelanjaan dan instalasi pemerintah."
Presiden Goodluck Jonathan dikecam oleh oposisi, media dan diplomat Barat karena gagal melindungi warga sipil selama kekerasan empat setengah tahun.
Nigeria memberlakukan keadaan darurat di negara-negara bagian Adamawa, Borno dan Yobe pada 14 Mei setelah gelombang serangan oleh kelompok militan.
Presiden Jonathan mengirim ribuan prajurit yang didukung kekuatan udara ke Nigeria timurlaut untuk mengatasi kekerasan militan yang telah berlangsung empat setengah tahun.
Pemerintah pada November memperpanjang keadaan darurat di kawasan itu. Pemerintah memberi militer waktu tambahan selama enam bulan lagi untuk menumpas militan.