REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, akhirnya angkat bicara dari aksi diamnya mengomentari spionase Amerika Serikat (AS) terhadap mantan PM Israel, Ehud Olmert. Itu menyusul bocoran dari Edward Snowden, mantan agen mata-mata National Security Agency (NSA) yang diterbitkan oleh the Guardian pada Jumat lalu.
Snowden memaparkan bahwa NSA dan Government Communications Headquarters (GCHQ) Inggris telah meretas alamat email yang digunakan Olmert saat berada di kantornya. Dua alamat email juga muncul di dokumen GCHQ bekerja sama dengan NSA, yaitu yang digunakan Menteri Pertahanan Israel (Ehud Barak) dan kepala stafnya (Yoni Koren).
"Saya telah meminta pemeriksaan atas masalah ini. Dalam hubungan dekat antara Israel dan AS, ada hal-hal yang dilarang dan tidak dapat kami terima," ujar Netanyahu, dilansir dari the Guardian, Selasa (24/12).
Israel dan AS memang berusah amengunci manuver diplomatiknya yan sensitif, terutama pembicaraan damai dengan Palestina. Beberapa menteri Israel telah menyatakan protes secara terbuka akan pengawasan NSA.
Kemarahan mereka diperburuk dengan laporan Yedioth Ahronoth, surat kabar terbesar terlaris di negara itu, bahwa seorang marinir AS menyewa sebuah apartemen pada Juni 2009 yang lokasinya tepat berada di seberang rumah pribadi Ehud Barak, mantan PM dan Kepala Staf Militer Israel.
"Intelijen Israel mendeteksi sejumlah pelanggaran cukup besar, seperti pengiriman sejumlah peralatan elektronik ke apartemen mewah AS itu," sebagaimana yang tertulis di Yedioth.