REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Iran berencana meningkatkan hubungan bilateralnya dengan Amerika Serikat (AS) dan negara Barat. Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani pada surat kabar Jerman Senin (23/12) lalu.
Rouhani akhirnya mau berbicara soal hubungan bilateral Iran dengan AS. Sejak menjabat Rouhani kerap menghindari pembicaraan soal ini. Rouhani meraih kemenangan dalam pemilu pada bulan Juni lalu.
Saat itu, ia menjanjikan akan mengatur kebijakan dengan Barat dan telah memiliki kontak diplomatik dengan AS. Namun, Rouhani menekankan kebijakan kontak tersebut hanya terbatas pada negosiasi terkait program nuklir Teheran.
"Kami ingin membangun kembali dan memperbaiki hubungan dengan negara-negara Eropa dan Amerika Utara atas dasar saling menghormati," tulis Rouhani dalam kontribusi untuk surat kabar Sueddeutsche Zeitung.
Menurutnya, Iran tengah berusaha menghindari beban baru pada hubungan antara Iran dan AS. Rouhani mengatakan hal ini untuk menghapus ketegangan yang telah diwarisi selama ini. Ia berjanji untuk mengurangi isolasi dan pengurangan sanksi bagi Iran.
Seperti diketahui Teheran dan Washington telah memutuskan hubungan sejak terjadinya revolusi Islam di Iran tahun 1979. Iran tak bisa melupakan segala sesuatu yang telah mempengaruhi hubungan dengan AS selama 60 tahun terakhir. "Kita sekarang harus berkonsentrasi pada masa kini dan mengorientasikan diri ke masa depan," ungkap Rouhani.
Pragmatisme diplomatik Rouhani telah menghasilkan kemajuan yang signifikan. Terlihat saat di New York, pada sidang umum PBB September lalu, Rouhani melakukan panggilan telepon bersejarah dengan Barack Obama. Ini merupakan kali pertama pembicaraan antar kedua negara terjadi setelah tiga dekade.
Para pejabat Iran kemudian menekankan telepon tersebut untuk mendukung resolusi diplomatik program nuklir Iran, dan tak menyangkut hubungan bilateral langsung. Dua bulan kemudian Iran dan kekuatan dunia menandatangani kesepakatan sementara untuk membatasi kegiatan nuklir Iran.