Kamis 26 Dec 2013 20:46 WIB

Mengenang Kelahiran Mao Zedong

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Dewi Mardiani
Mao Zedong
Foto: historia
Mao Zedong

REPUBLIKA.CO.ID, Sudah 37 tahun Mao Zedong meninggal dunia, namun peninggalan mantan pendiri Republik Rakyat Cina itu hingga kini masih dikenang. Di hari kelahirannya pada 26 Desember ini, penduduk Cina masih antusias untuk merayakan dan mengenang tokoh besarnya itu.

Namun, peringatan perayaan kelahiran yang ke-120 ini sedikit terusik dengan kebijakan baru pemimpin yang berkuasa saat ini, Xi Jinping. Kebijakan itu bertentangan dengan ajaran Mao. Menurut ajaran Mao, reformasi berbasis pasar dapat menciptakan kesenjangan sosial seperti kesenjangan antara kaya dan miskin dan menjadikan korupsi semakin meluas. Para pengikut Mao yang memuja tokoh besar Cina itu justru tengah memberikan tekanan terhadap kebijakan pasar pada pemimpin baru yang berkuasa.

Dalam perayaan kelahiran Mao itu, berbagai kegiatan nasional diselenggarakan. Tidak hanya itu, tujuh anggota partai dari Komite Politbiro Cina juga mengunjungi makam Mao di Tiananmen Square. Menurut kantor berita Xinhua, para pemimpin itu, termasuk Xi, menundukkan kepala mereka tiga kali di depan patung Mao. Mereka juga memberikan penghormatan kepadanya.

Sementara itu, aktivitas memperingati kelahiran Mao masih cukup banyak, namun dikabarkan jumlahnya justru akan dikurangi.  Seperti yang dilaporkan harian Cina bahwa beberapa agenda yang akan digelar untuk memperingati kelahiran Mao telah dibatalkan.

Sementara itu, di Kota Shaoshan, tempat Mao dilahirkan, telah menggunakan dana sebesar 2 milyar yuan untuk menyelenggarakan 12 agenda perayaan ulang tahun. Dikutip dari BBC, Mao dinilai memiliki kesamaan dengan George Washington, yakni sebagai pendiri Partai Komunis dan pemersatu Cina.

Namun, justru kaum generasi muda saat ini tidak mengenal tulisan-tulisan, keberhasilan, dan bahkan kesalahan yang Mao lakukan. Xi Jinping sudah memperingatkan gaya Maoifikasi yang dapat memperlemah rezim saat ini.

Mao sendiri telah memperkenalkan dirinya sendiri sebagai guru sekolah dasar. Namun, ia mungkin telah menjadi guru filsafat dalam sejarah manusia. Berbagai macam ajaran ia perkenalkan, seperti mencari kebenaran melalui fakta dan garis massa dari masa ke masa. Bagi rakyat Cina, kebaikan dan keburukan Mao yang sama-sama besarnya tidak menjadikan tokoh itu tersingkir dari pujaan rakyat Cina.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement