Jumat 27 Dec 2013 02:46 WIB

AS Kirimkan Rudal dan Drone ke Irak

Sebuah drone Cina dengan sayap yang mampu dilipat (ilustrasi)
Foto: blogspot.com
Sebuah drone Cina dengan sayap yang mampu dilipat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat mengirimkan puluhan rudal dan drone pengintai guna membantu tentara Irak dalam memerangi kelompok yang didukung Al Qaida, lapor harian New York Times, Kamis.

Sistem persenjataan yang juga dikirim termasuk 75 rudal Hellfire pesanan Irak, yang telah dikirimkan Washington pekan lalu.

Harian itu menulis bahwa 10 drone pengintai jenis ScanEagle -- versi lebih kecil dari drone Predator yang sering terbang di wilayah udara Irak -- akan dikirimkan pada Maret tahun depan.

Sumber pemerintah mengatakan kepada Times bahwa pengiriman tersebut dilakukan karena Irak mulai kehabisan rudal stok Hellfire.

Pengiriman tersebut bertepatan saat Baghdad tengah menghadapi gelombang milisi Islam yang terbesar dalam lima tahun terakhir.

Beberapa serangan terakhir, termasuk pengeboman terhadap sebuah pasar yang berada di dekat gereja pada Rabu, menewaskan sedikitnya 44 orang di seluruh Irak.

Kekerasan tersebut merupakan salah satu bagian dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya serta pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.

Menurut data PBB, hampir 1.000 orang tewas pada Oktober sementara 900 warga sipil tewas pada September.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Gelombang serangan di Irak terus meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Para pengamat mengatakan ketidakpuasan atas kondisi minoritas Sunni Irak merupakan faktor utama yang mendorong pergolakan di negara tersebut.

Lebih dari 6.700 orang tewas sejak awal 2013, berdasarkan perhitungan AFP yang mengambil data dari sumber keamanan dan medis.

AS yang telah menarik mundur pasukannya pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak dengan memberikan pasokan persenjataan.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement