REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Mata uang Turki, lira, mencapai rekor terendah baru pada Kamis, menyusul perombakan kabinet oleh Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan di tengah skandal korupsi besar.
Lira jatuh menjadi 2,1035 terhadap dolar AS pada Kamis, setelah mengawali perdagangan pada 2,0914.
Pada Rabu tiga menteri utama yang anak-anaknya telah terjebak dalam penggerebekan polisi anti korupsi mengumumkan pengunduran diri mereka, dengan satu desakan pada Erdogan untuk mundur juga, tantangan pertama perdana menteri dari dalam partainya sendiri yang berkuasa, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).
Dalam menanggapi meningkatnya krisis, Erdogan mengumumkan perombakan kabinet yang telah lama diharapkan dan menunjuk 10 menteri baru -- hampir setengahnya dari kabinet.
Krisis politik terbaru mengakhiri penangguhan terhindarnnya lira dari kesulitan sementara.
Lira telah menguat menjadi 2,0650 menyusul pengumuman oleh bank sentral pada Selasa (24/12) bahwa pihaknya akan meningkatkan dukungannya untuk unitnya dengan menjual setidaknya enam miliar dolar AS mata uang asing pada akhir Januari.
Lira juga telah berada di bawah tekanan berat tahun ini, karena harapan keputusan Federal Reserve AS untuk mengurangi langkah-langkah stimulusnya.
Sebagai ekonomi sedang berkembang terkemuka, Turki telah menjadi salah satu penerima utama keuntungan dari stimulus The Fed ketika pata investor AS mencari keuntungan yang lebih tinggi di luar negeri.
Pasar saham Istanbul juga turun 1,8 persen menjadi 64.904 poin pada Kamis.