REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Otoritas keamanan Mesir Kamis (26/12), memerintahkan penangkapan pada para anggota Ikhwanul Muslimin (IM). Otoritas bahkan memperingatkan pemimpin kelompok bisa mendapatkan hukuman mati, setelah organisasi tersebut dinyatakan sebagai teroris dan serangkaian serangan terjadi sejak pelabelan tersebut.
Pengumuman tersebut dikeluarkan setelah sebuah bom meledak di Kairo Kamis pagi. Ledakan bom yang menghantam bus, melukai lima orang. Pihak berwenang Mesir khawatir ledakan akan mengarahkan kekerasan yang selama ini menargetkan polisi dan militer, dapat beralih ke warga sipil.
Pelabelan teroris pada Ikhwanul Muslimin diduga sebagai langkah pemerintah untuk menghancurkan kelompok tersebut. Karena dalam tiga tahun terakhir, Ikhwanul Muslimin mendominasi perpolitikan Mesir.
Hingga Juli lalu, militer menggulingkan presiden Muhammad Mursi yang selama ini didukung Ikhwanul Muslimin. Namun, Ikhwanul Muslimin menyatakan akan meningkatkan aksi protesnya pada pemerintah. Kelompok tersebut selama ini telah berjuang menyuarakan protes mereka ke jalan-jalan.
Aksi protes telah mengarah pada tindak kekerasan beberapa waktu terakhir. Hingga menewaskan ratusan anggota Ikhwanul Muslimin dan ribuan lainnya di penjara.
Kepala Militer Mesir Jenderal Abdel Fattah el-Sissi mengatakan, Mesir berjanji akan berdiri teguh menghadapi terorisme. "Jangan sampai salah satu insiden yang terjadi mempengaruhi kehendak Mesir. Siapa pun yang membahayakan Mesir akan disingkirkan dari muka bumi," ungkapnya seperti dilansir AP.
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah telah menggunakan berbagai pembenaran hukum untuk menangkap para pendukung Mursi. Namun, pelabelan teroris pada Ikhwanul Muslimin Rabu (25/12), memungkinkan ratusan bahkan ribuan anggota kelompok tersebut ditangkap. Namun, pemerintah memberi kelonggaran pada anggota yang keluar dari Ikhwanul Muslimin.