REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pemerintah Suriah membantah tuduhan koalisi 14 Maret Lebanon yang menyebutkan bahwa mereka merupakan dalang pengeboman mobil yang menewaskan enam orang, Jumat (27/12), termasuk seorang mantan menteri.
"Tuduhan salah dan tak berdasar itu dibuat atas konteks kebencian politik," kata Menteri Informasi Suriah, Omran Al Zohbi, dalam pidato yang dipublikasikan oleh kantor berita SANA.
"Beberapa orang di Lebanon tak pernah berhenti menuduh Damaskus setiap kali pembunuhan kejam dilakukan di negara sahabat seperti Lebanon," kata Zohbi yang merujuk kepada Koalisi 14 Maret yang menentang Presiden Suriah, Bashar Al Assad.
Koalisi 14 Maret sebelumnya menuduh rezim Suriah dan sekutunya di Lebanon, Hizbullah, merupakan dalang di balik pemboman yang menewaskan enam orang, termasuk seorang anggota penting koalisi, Mohammad Chatah. Chatah juga merupakan bekas penasihat mantan perdana menteri Saad Hariri.
"Penjahatnya tetap sama, seorang gemar menumpahkan darah di Suriah dari Beirut hingga Tripoli seluruh wilayah Lebanon, pelakunya sama," kata mantan perdana menteri Fouad Siniora ketika membacakan pernyataan Koalisi 14 Maret yang dilansir AFP.
Ledakan bom mobil terjadi di tengah kota Beirut pada Jumat, sementara stasiun Future TV menayangkan gambar yang menunjukkan orang terbakar, tergeletak di lapangan, beberapa orang berdarah, serta beberapa mobil dan gedung terbakar.
Ledakan yang menimbulkan asap hitam di langit kota tersebut terjadi dekat Serail, lokasi perkantoran, yang dekat dengan parlemen, bank, toko dan restoran, serta Kantor Perdana Menteri.
Chatah yang termasuk dalam enam korban tewas dalam serangan itu merupakan penasehat perdana menteri Fuad Siniora dan penggantinya dan mantan perdana menteri Saad Hariri, yang ayahnya tewas dalam ledakan bom mobil di pinggir pantai Beirut Februari 2005 yang dituduhkan dilakukan Suriah.
Ia dibunuh ketika sedang menuju rumah Hariri di tengah kota Beirut untuk menghadiri satu pertemuan koalisi anti-Suriah 14 Maret yang mendukung perjuangan oposisi Suriah untuk menggulingkan pemerintah Damaskus.