REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon, pada Jumat (28/12), mengatakan komunitas internasional akan mendukung keamanan dan stabilitas di Lebanon setelah serangan bom yang menewaskan mantan menteri di negara itu.
Ban mengutuk sekeras-kerasnya aksi bom bunuh diri yang menewaskan enam orang, termasuk mantan menteri keuangan Mohammad Chatah, kata juru bicara Perserikatan Bangsa Bangsa, Martin Nesirky. "Sekjen PBB sangat terganggu dengan aksi terorisme yang terjadi di Lebanon dan dapat mengancam stabilitas serta keutuhan nasional," kata Nesirky, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (28/12).
Namun, Ban memuji upaya pemerintah Lebanon dan pasukan keamanan yang melindungi negara tersebut dari dampak krisis di negara tetangga Suriah. Ban juga mendesak agar seluruh pihak saling menahan diri guna menjaga stabilitas di negara tersebut.
Pemimpin PBB tersebut menyampaikan dukungan dari komunitas internasional dalam menjaga stabilitas keamanan Lebanon di tengah krisis yang terjadi di Suriah. Ban mengenang mendiang Chatah sebagai tokoh yang tak lelah menyuarakan toleransi dan keberagaman serta menyebut kematiannya sebagai kehilangan yang telak bagi Lebanon, kata jubir PBB itu.
Ledakan bom mobil terjadi di tengah kota Beirut pada Jumat, sementara stasiun Future TV menayangkan gambar yang menunjukkan orang terbakar, tergeletak di lapangan, beberapa orang berdarah, serta beberapa mobil dan gedung terbakar.
Ledakan yang menimbulkan asap hitam di langit kota tersebut terjadi dekat Serail, lokasi perkantoran, yang dekat dengan parlemen, bank, toko dan restoran, serta Kantor Perdana Menteri.
Chatah yang termasuk dalam enam korban tewas dalam serangan itu merupakan penasehat perdana menteri Fuad Siniora dan penggantinya dan mantan perdana menteri Saad Hariri, yang ayahnya tewas dalam ledakan bom mobil di pinggir pantai Beirut Februari 2005 yang dituduhkan dilakukan Suriah.
Ia dibunuh ketika sedang menuju rumah Hariri di tengah kota Beirut untuk menghadiri satu pertemuan koalisi anti-Suriah 14 Maret yang mendukung perjuangan oposisi Suriah untuk menggulingkan pemerintah Damaskus.