Sabtu 28 Dec 2013 23:44 WIB

Lacak Pola Terbang Kelelawar dengan Teknologi Rudal AS

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Pakar satwa di salah satu Taman Nasional  Australia memanfaatkan teknologi militer Amerika Serikat (AS) untuk memantau pola hidup kelelawar betina yang sedang hamil. Riset ini bagian dari program pemantauan populasi kelelawar sayap bengkok (bentwing) di Australia Selatan.

Setiap musim panas puluhan ribu kelelawar jenis sayap bengkok (bentwing) di kawasan Timur Australia bermigrasi ke gua kapur di Selatan New South Wales (NSW) untuk bersalin dan membuang kotoran mereka. Hanya ada tiga lokasi di NSW yang dikenal sebagai gua 'bersalin' yang cocok untuk bertenggernya koloni besar spesies yang rentan ini. Untuk bertengger di gua itu, seekor  kelelawar betina harus terbang bermigrasi hingga 300 kilometer. Salah satu gua yang menjadi tempat bersalin kelelawar bentwing adalah di Wee Jasper, di Canberra. Seorang peneliti dari Taman Nasional dan Layanan Margasatwa NSW,  Dr. Doug Mills  menggunakan beberapa teknologi yang tidak biasa untuk memantau koloni kelelawar.

Teknologi yang digunakan antara lain kamera video pemindai suhu tubuh dan peranti lunak yang diadopsi dari militer Amerika Serikat (AS). Dr. Mills menjelaskan kamera video pemindai suhu tubuh digunakan untuk merekam kesibukan acara memberi makan yang dilakukan mamalia seukuran kotak korek api tersebut, sementara peranti lunak ala militer AS itu berguna untuk melacak dan menghitung pola terbang individu kelelawar."Teknologi ini memudahkan kami menghitung secara akurat individu kelelawar dan kita bisa melacak seberapa besar peluang bertambahnya populasi kelelawar di dalam gua sana.” Kata Dr. Mills.

Dr Mills menambahkan, pemantauan populasi ini penting karena kelelawar sayap bengkok  hanya melahirkan satu anak per tahun, sementara angka kematian cukup tinggi. Pemantauan semakin signifikan dilakukan karena hanya ada 3 lokasi tempat  bersalin di NSW.

Pengawasan selama lima tahun yang dilakukan Dr. Mills mencatat populasi kelelawar baru membaik setelah musim kemarau berlalu. Diawal pengamatan, menurutnya hanya ada sekitar  17,000 individu kelelawar di dalam koloni yang diamatinya, yang kemudian meningkat 5 -10 persen setiap tahunnya. "Ada penambahan sekitar 2.000 individu kelelawar setiap tahunnya selama dua tahun terakhir,” katanya.

Dr. Mills menjelaskan saat ini adal 20 ribu kelelawar betina berkumpul di satu lokasi untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak mereka. Kelelawar betina yang tengah menyusui itu setiap malam menghabiskan 300 kilogram serangga selama empat bulan. Dr. Mills mengaku sangat senang dengan perkembangan populasi kelelawar sayap patah yang dipantaunya di NSW.

Pendekatan Dr. Mills yang diberi julukan 'Kakak kelelawar'  sekarang sedang digunakan oleh peneliti di Australia Selatan dan juga diminati peneliti dari Queensland.

Petani wol di Wee Jasper, Ian Cathles membantu Dr. Mills memantau spesies yang rentan ini. "Dahulu menghitung populasi kelelawar ini sangat sulit, kita harus benar-benar berdiri di gua dan berusaha menghitungnya secara manual. Dan itu cukup berbahaya," katanya.

Cathles mengakui sistem pelacakan yang diciptakan Dr. Mills cukup fenomenal. "Pada dasarnya pelacakan  kelelawar ini menggunakan teknologi pelacakan rudal yang diletakan didalam rudal yang kemudian dilacak selagi rudal itu terbang dengan kecepatan tinggi," katanya.

Cathles telah tinggal di daerah Wee Jasper selama 40 tahun dan Ia mengaku senang melihat populasi kelelawar sayap bengkok tumbuh dengan baik. "Senang rasanya melihat seluruh atap gua itu terlihat seperti tali berwarna coklat atau krem yang terbentuk dari puluhan ribu kelelawar yang bertengger, " katanya.

Kehadiran puluhan ribu kelelawar ini menurut Cathless juga tidak mengganggu penduduk setempat.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement