REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Situasi kemanan di Irak jauh dari membaik. Serangan bom bunuh diri kembali terjadi di negara itu, kali ini di Irak utara pada Ahad (30/120.
Insiden itu menewaskan tiga perwira senior angkatan darat, termasuk seorang brigjen, kata polisi dan seorang petugas kamar mayat. Seorang prajurit lain juga tewas dalam serangan tersebut, kata mereka.
Penyerang meledakkan kendaraannya yang membawa bom di dekat sebuah konvoi militer di kota Mosul, kata sumber-sumber itu, dengan menambahkan bahwa 10 orang, termasuk enam prajurit, cedera dalam pemboman tersebut.
Sebelum peristiwan itu, sebuah bom mobil meledak di dekat pos pemeriksaan militer di Mosul, juga pada Ahad, menewaskan empat prajurit, termasuk seorang perwira. Sementara ledakan bom pinggir jalan di kota itu menewaskan seorang anak dan mencederai tiga orang.
Serangan-serangan itu berlangsung setelah lima perwira senior, termasuk seorang komandan divisi, dan 10 prajurit lain tewas selama operasi serangan terhadap militan di provinsi Anbar, Irak barat, pada 21 Desember.
Kekerasan di Irak telah mencapai tingkatan yang belum pernah terlihat sejak 2008, ketika negara itu mulai bangkit dari konflik sektarian mematikan pada 2006-2007 yang merenggut puluhan ribu jiwa.
Menurut data PBB, hampir 1.000 orang tewas pada Oktober dalam serangan-serangan di Irak. Hampir 900 orang sipil tewas di Irak pada September, menurut misi PBB di Irak.
Kekerasan Ahad itu merupakan yang terkini dari gelombang pengeboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya. Krisis politik juga diwarnai pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.
Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.